Selasa, 13 Maret 2012

praktikum Manajemen Agribisnis Jagung di Desa Sidomukti Kabupaten Mayang

BAB I. PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian penduduknya berprofesi sebagai petani, sehingga Indonesia dapat dikatakan sebagai negara agraris. Indonesia sangat berpotensi dalam pengembangan dan pembangunan di bidang pertanian. Hal ini dikarenakan sebagian penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Selain itu faktor lain yang mendukung Indonesia dapat mengembangkan dan membangun pertanian adalah kondisi tanah yang sesuai untuk berbagai komoditas pertanian. Pertanian merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh–tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanian rakyat sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti sempit, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas yaitu, proses produksi, petani atau pengusaha, tanah tempat usaha, dan usaha pertanian (farm business). Pertanian dapat diberikan dalam arti terbatas dan arti luas. Pertanian dalam arti sempit adalah pengelolaan tanaman dan lingkungannya agar memberikan suatu produk.  Pertanian dalam arti luas adalah pengolahan tanaman, ternak, dan ikan agar memberikan suatu produk. Pertanian yang baik ialah pertanian yang dapat memberikan produk jauh lebih baik daripada apabila tanaman, ternak atau ikan tersebut dibiarkan hidup secara alami (Soetriono, 2006).
Kegiatan pertanian merupakan kegiatan yang saling berkaitan mulai dari penyediaan dan penyaluran sarana produksi sampai pembinaan. Serangkaian kegiatan tersebut membentuk suatu subsistem. Subsistem tersebut meliputi subsistem penyediaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem budidaya dan usaha tani, subsistem pengolahan hasil dan agriindustri, subsistem pemasaran hasil pertanian, subsistem sarana dan prasarana, serta subsistem pembinaan. Subsistem-subsistem ini  saling berkaitan, dan jika salah satu subsistem terdapat terdapat gangguan akan berpengaruh pada subsistem lainnya (Firdaus, 2007).    

Subsistem penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengadaan, dan penyaluran sarana                  produksi untuk memungkinkan terlaksananya penerapan teknologi usahatani dan pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal. Kegiatan yang ditangani mencakup pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka peningkatan produksi pertanian, baik usahatani rakyat maupun usahatani berskala besar. Termasuk dalam kegiatan subsistem ini adalah perencanaan mengenai lokasi, komoditas, teknologi, pola usahatani, dan skala usahanya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal.  Subsistem pengolahan hasil atau agroindustri mencakup aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, serta mencakup keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pascapanen komoditi pertanian yang dihasilkan sampai pada tingkat pengolahan lanjut, selama bentuk, susunan, dan cita rasa komoditi tersebut tidak berubah. Sementara itu, subsistem pemasaran hasil mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran hasil-hasil usahatani ataupun hasil olahannya, baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, kondisi sumber daya, lingkungan, dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan perkembangan sistem agribisnis tersebut (Soetriono, 2006).
Saat ini konsep pertanian sudah mengarah pada pencapaian produk yang menghasilkan nilai profit. Lain dengan konsep dahulu yang masih mangarah pada product driven agriculture. Perubahan konsep tersebut dikarenakan perkembangan zaman yang mengharuskan para petani untuk mencapai produksi dengan memberikan nilai tambah sebagai pemenuhan kebutuhan dan permintaan dari konsumen. Sehingga dapat ditarik garis lurus bahwa petani tidak harus berhenti pada usaha tani saja. Namun berusaha untuk dapat memberikan nilai tambah pada hasil produksinya.
Memberikan nilai tambah yang maksimal pada hasil produksi akan memberikan dampak positif bagi petani. Dampak positif tersebut adalah petani dapat memperoleh nilai tambah dalam hal penambahan penghasilan dari hasil produksinya. Disamping itu, pemberian nilai tambah pada hasil produksi usaha tani akan memenuhi perminataan para konsumen. Dengan demikian seperti halnya pembahasan sebelmumnya, pemberian nilai tambah dapat terjadi saat  proses usaha tani seperti menghasilkan produksi unggul atau dengan proses produksi usaha tani dengan cara organik. Selain itu, dengan cara petani menghasilkan produksi usaha tani dan memprosesnya lebih lanjut. Dengan demikian sektor industri berpengaruh pada pemberian nilai tambah.
    Peranan sektor industri dalam kegiatan pembangunan khusunya pertanian semakin penting. Pemerintah terus berupaya menyeimbangkan peranan sektor industri terhadap sektor pertanian, untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dimana terdapat kemampuan industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Berdasarkan hal itu, maka industri yang mengolah hasil-hasil pertanian di Indonesia memegang peranan yang strategis.
    Bagi sektor industri menghasilkan kebutuhan pokok rakyat yang mendukung sektor pertanian dalam mengolah sumber daya alam yang tersedia. Tampak bahwa peranan pertanian masih dominan dan semakin nyata, bahwa sektor perekonomian di pengaruhi sektor pertanian. Walaupun jumlah usaha tani pada saat sekarang ini arealnya semakin berkurang, namun penting untuk di pertahankan dan meningkatkan produksi dengan cara mengubah bahan baku pertanian menjadi produk olahan agar komoditas pertanian mempunyai nilai yang tinggi.
    Kecamatan Mayang Kabupaten Jember merupakan salah satu penghasil bahan pangan komoditas jagung. Sehingga memungkinkan untuk mengembangkan agroindustri yang berbasis bahan baku tanaman jagung. Oleh karena itu, dalam penulisan laporan ini, bertujuan untuk mengetahui subsistem apa saja yang ada dalam agroindustri jagung, menganalisis proses kerja usaha tani komoditas jagung di Kecamatan Mayang.

1.2 Rumusan masalah
1.    Bagaimana sistem agribisnis yang ada dalam agroindustri jagung di Kecamatan Mayang?
2.    Bagaimana analisis usaha tani komoditas jagung di Kecamatan Mayang?


1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1.    Mengetahui sistem agribisnis dalam agroindustri jagung.
2.    Mengetahui analisis usaha tani agroindustri jagung.

1.3.2 Manfaat
1.    Bagi petani dapat mengetahui sekaligus menambah wawasan tentang pengaruh subsistem dalam sistem agribisnis, dalam hal agroindustri jagung.
2.    Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai acuan pengambilan kebijakan untuk mengembangkan subsistem dalam sistem agribisnis, dalam hal agroindustri jagung.
3.    Bagi peneliti dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya.



















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

1.    Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komoditas Jagung
    Menurut Warisno (2008), tanaman jagung (Zea mays L) dalam tatanama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan  dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Devisio     : Spermatophyte (tumbuhan berbiji)
Subdivision     : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis     : Monocotyledoni (berkeping satu)
Ordo     : Graminae (rumput-rumputan)
Familia     : Graminaceae
Genus     : Zea
Species     : Zea mays L
    Jagung dapat dibudidayakan di daerah yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia jagung dapat dibudidayakan hampir diseluruh wilayah Indonesia.
        Morfologi tanaman jagung:
1.    Akar
Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berawal dari biji jagung lalu berubah menjadi kecambah. Yang pertama kali keluar adalah radicle (akar kecambah), kemudian coleoptile (calon batang). Akar tanaman jagung tumbuh pada umur 4 minggu (1 bulan) dan dapat mencapai kedalaman 45 cm. Fungsi akar adalah memperkuat berdirinya batang tanaman jagung dan menambah organ penghisap air dan garam-garam tanah.
2.    Batang
Batang tanaman jagung bulat silindris dan tidak berlubang seperti halnya  batang tanaman padi, tetapi padat dan berisi berkas-berkas pembuluh sehingga makin memperkuat berdirinya batang. Batang tanaman jagung yang masih muda (hijau) rasanya manis karena cukup banyak mengandung zat gula. Batang tanaman jagung beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas. Jumlah ruas tersebut tergantung pada varietas jagung yang ditanam dan umur tanaman. Pada umumnya nodia (buku) tiap tanaman jagung jumlahnya berkisar 8-48 buku. Demikian juga tunggi tanaman bervariasi, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam dan kesuburan tanahmya.
3.    Daun
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Tulang daun berada di tengah daun dengan bentuk lurus mengikuti bentuk daunnya. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi sebagai pembungkus batang tanaman jagung. Daun-daun jagung tersebut mempunyai telinga daun yang terletak di pangkal daun. Fungsi daun yaitu sebagai tempat terjadinya pemrosesan makanan tanaman (asimilasi), mengatur kelebihan air dan sekaligus menstabilkan suhu yang dibutuhkan oleh tanaman, dan dengan bantuan sinar matahari daun yang mengandung klorofil melakukan fotosintesis.
4.    Bunga
Bunga jantan dan bunga betina pada tanaman jagung letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada mulai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pad tongkol jagung.
5.    Buah (biji)
Setelah terjadi pembuahan terjadilah perkembangan biji. Biji jagung yang digunakan sebagai benih berada pada tengah saja. Pada pagian tepi tidak baik digunakan untuk benih, melainkan untuk konsumsi.


2.1.2 Sistem Agribisnis
    Menurut Soetriono (2002), subsistem-subsistem agribisnis yang memiliki pengaruh pada agroinustri jagung yaitu :
1)    Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi, Teknologi, dan Pengembangan Sumberdaya Manusia,
2)    Subsistem Budidaya dan Usahatani,
3)    Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian dan Agriindustri,
4)    Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian.
1.    Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi, Teknologi, dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Subsistem ini mencakup semua kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengadaan, dan penyaluran sarana produksi untuk memungkinkan terlaksananya penerapan teknologi usaha tani dan sumber daya pertanian yang optimal. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini :
1)    Penyediaan sarana produksi (bibit atau benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian)
2)    Informasi pertanian
3)    Berbagai alternatif teknologi baru yang kompatibel
4)    Pengerahan dan pengelolaan tenaga keja dan sumber lainnya seara optimal
2.    Subsistem Budidaya dan Usaha Tani
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usaha tani rakyat maupun usaha tani skala besar. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini yaitu:
1)    Perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi
2)    Pola usaha tani
3)    Serta skala usahanya untuk mencapai produksi yang optimal
3.    Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian dan Agroindustri
Subsistem ini mencakup aktifitas pengolahan sederhana ditingkat petani dan keseluruhan kegiatan, mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambahi nilai tambah (added value) dari produksi primer. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini :
1)    Proses pengupasan, penbersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, dan pengeringan
2)    Peningkatan mutu dan pengepakan/pengemasan hasil
4.    Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian
Subsistem ini mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran hasil usaha tani dan agriindustri baik pasar domestik maupun pasar luar negeri atau ekspor.. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini :
1)    Pengenbangan dan pemantauan informasi pasar (Market Information)
2)    Market development
3)    Market promotion
4)    Market intelegence
Sejalan dengan pengertian tersebut  amirin mengedepankan konsep “perusahaan dan sistem agribisnis”, yakni subsistem agribisnis hulu (perusahaan pengadaan dan penyaluran sarana produksi), subsistem agribisnis tengah (perusahaan usahatani), subsistem agribisnis hilir (perusahaan pengolahan hasil atau agroindustri dan perusahaan pemasaran hasil, serta subsistem jasa penunjang yakni : lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan dan pelayanan informasi agribisnis, penelitian kaji terap, kebijakan pemerintah, dan asuransi agribisnis, dan lainya). Masing-masing perusahaan tersebut merupakan “perusahaan agribisnis” yang harus dapat bekerja secara efisien, selanjutnya semua perusahaan agribisnis tersebut harus melakukan hubungan kebersamaan dan saling ketergantungan dalam suatu sistem untuk lebih meningkatkan efisiensi usaha dan mencapai tujuan agribisnis.
    Demikianlah sistem agribisnis merupakan suatu rangkaian aktifitas yang saling berkaitan, yang keberhasilan pengembangannya akan sangat ditentukan oleh tingkat kehandalan dari setiap komponen yang menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan ulur dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi, perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh subsstem dalam sistem agribisnis beserta lingkungan yang mempengaruhinya. Selain itu, kondisi sumber daya lingkungan dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan perkembangan sistem agribisnis tersebut. Oleh karena itu sumber daya lingkungan dan prasarana tersebut perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menunjang terlaksananya berbagai aktifitas daam setiap subsistem secara memadai.
2.1.3    Angka Gini
Menurut Anonim (2010), angka yang menunjukkan nilai distribusi penguasaan tanah dalam masyarakt yang nilainya berkisar antara nol sampai dengan satu. Makin mendekati nol berarti distribusi pengusaaan tanah makin baik (makin merata) dan sejbaliknya apabila mendekati satu berarti makin tidak baik atau makin timpang.
Langkah-langkah perhitungan angka gini:
1.    Merangking pengusaan tanah mulai dari luas tanah tersempit sampai dengan terluas atau sebaliknya.
2.    Mengelompokkan luas tanah menjadi lima kelompok atau sepuluh kelompok atau kelas
3.    Menghitung presentase pengkelompokkan tersebut secara parsial dan komulatif
4.    Menghitung angka gini dengan formulasi yang ditentukan.
Rumus: 
 AG = 1-n∑i=1  Pi (Q I +  Q =1)
                10.000
AG        : Angka Gini
Pi        : Presentase penguasaan luas tanah pada kelas ke-i
Qi        : Presentase komulatif luas tanah sampai dengan kelas ke-i
Qi-1        : Presentase luas tanah sampai dengan kelas ke i-1
N        : Jumlah kelompok / kelas
10.000        : Bilangan konstanta
2.1.4 Teori Efisiensi
Menurut Sunarsih (2010), pengertian efisiensi secara umum diartikan sebagai pencapaian tujuan maksimum per unit factor produksi yang minimum. Terdapat tiga macam efisiensi yaitu : efisiensi teknis jika petani mencapai produksi yang maksimum dengan input minimum. Efisiensi harga adalah apabila harga factor produksi rendah, akan tetapi dapat dijual dengan harga tinggi. Sedangkan efisiensi ekonomis tercapai apabila petani mencapai nilai efisiensi teknis dan efisiensi harga.
Dalam analisis efisiensi terdapat du jenis angka patokan yang biasa dipakai, yaitu Ratio B/C dan Ratio R/C. Benefit Cost Ratio (B/C) ialah hubungan antara biaya dan nilai tambahan hasil yang digunakan untuk menguji keuntungan ekonomis teknologi baru. Syarat untuk B/C adalah teknologi yang digunakan harus berbeda, luas lahan yang digunakan sama, komoditas yang ditanam sama. R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya.
Rumus R/C Ratio:
    R/C = ∑ Y.Py
        FC+VC
Y    : Output
Py    : Harga Output
FC    : Biaya tetap
VC    : Biaya variabel
Rumus B/C Ratio
    B/C = ∑ Yi.Pyi
        ∑ Xi.Pxi
Y    : Output
Py    : Harga output
X    : Input per satuan fisik
Px    : Harga salah satu satuan input
Keterangan:
B/C = 1 artinya usaha baru tidak berbeda dengan cara lama.
B/C < 1 artinya teknologi baru tidak menguntungakan (rugi) dibandingkan dengan teknologi lama.
B/C > 1 artinya usaha cara baru lebih menguntungkan dari cara lama.
2.1.5     Teori BEP
Menurut Dionysia (2010), Break event point/BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual pada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan atau profit.
Rumus analisis break event point:
•    BEP = total Fixed Cost
Keterangan : fixed cost = biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.
•    Variable cost = biaya  variable yang nilainya tergantung pada banyak sedikitnya jumlah barang yang diproduksi.
Perhitungan BEP dengan menggunakan rumus dasar:
    BEP =     __FC__
                   P -VC
P  = harga jual per unit
V  = Biaya var per unit
FC= Biaya tetap
2.1.6    Teori Pendapatan
Pendapatan yang sebesar-besarnya adalah sasaran akhir seseorang pengelolah agroindustri peningkatan pendapatan tersebut mempunyai berbagai tujuan (individu pengolah agriindustri dan keluarga, pemerintah, dan Negara) akan dapat tercapai.
Tujuan dari analisa pendapatan adalah :
1.    Mengetahui berhaqsil tidaknya suatu agroindustri
2.    Meramalkan perencanaan agroindustri yang akan datang.
Penerimaan adalah total produksi dikalikan harga per satuan produksi sedangkan pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya atau disingkat dengan TR-TC = Pendapatan (Anonim, 2010).






2.2    Hipotesis
1.    Sistem agribisnis yang ada pada agroindustri jagung Kecamatan Mayang antara lain subsistem usaha tani, subsistem agroindustri, dan subsistem pemasaran. Untuk subsistem pra usaha tani hanya menyediakan bahan baku untuk proses usaha tani, yang mana pada Kecamatan Mayang menyediakan bahan baku yang telah jadi (bukan proses pembuatan).
2.    Mengingat dari latar belakang di atas, Indonesia pada saat ini sudah mengalami peningkatan dalam hal produksi bahan pangan. Sehingga dapat dianalisis pada usaha tani komoditas jagung di Kecamatan Mayang efisien.



III. GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANG 

3.1 Keadaan Geografis
3.1.1 Batas Wilayah
Desa Sidomukti adalah salah satu desa di Kecamatan Mayang. Desa Sidomukti memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara        : Desa Sumber Kejayan, Kecamatan Mayang
 Sebelah Selatan    : Desa Hutan Jati Seputih, Kecamatan Mayang
 Sebelah Barat    : Desa Silo, Kecamatan Silo
 Sebelah Timur    : Desa Tegal Waru, Kecamatan Mayang
Desa Sidomukti Kecamatan Mayang merupakan salah satu daerah penghasil jagung di Kabupaten Jember. Jarak Desa Sidomukti dari pusat kota adalah sekitar 17 kilometer. Lokasi lahan pertanian jagung berada di puncak-puncak bukit sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai lahan-lahan tersebut.

3.1.2 Iklim dan Curah Hujan
Desa Sidomukti Kecamatan Mayang memiliki iklim tropis, dengan curah hujan yang stabil sepanjang tahun. Kondisi iklim yang seperti ini dapat dikatakan mendukung pertanian jagung, khususnya di Desa Sidomukti. Selain itu ketinggian tempat dari permukaan laut juga cukup tinggi.
Tabel 1. Iklim dan Curah Hujan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Uraian    Keterangan    
1    Curah Hujan    33 mm/th
2    Tinggi tempat dari permukaan laut    23 meter
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
 Berdasarkan tabel 1 di atas, Curah hujan di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang tergolong tinggi yaitu sekitar 33 mm/th dan ketinggian tempat dari permukaan laut 23 meter, maka komoditas pangan seperti padi dan jagung dapat tumbuh subur. Selain itu, dengan iklim dan curah hujan yang sedemikian rupa, Desa Sidomukti dapat menjadi penghasil tanaman pangan yang sangat produktif. Ada tiga macam daerah berdasarkan curah hujan diantaranya:  a) Daerah basah, yaitu daerah yang memiliki bulan basah ( hujan ) 9 bulan atau tanpa adanya bulan-bulan kering. b) Daerah setengah basah, yaitu daerah yang memiliki bulan basah minimal 6 bulan dan bulan kering maksimal 4 bulan. c) Daerah kering, yaitu  daerah yang memiliki bulan kering kurang lebih 8 bulan. Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah adalah daerah dataran rendah. Curah hujannya mencapai 33 mm/th. Bulan hujan di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang termasuk kategori sedang sehingga termasuk daerah setengah basah.

3.1.3 Topografi dan Kesuburan Tanah
    Daerah Desa Sidomukti merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian lahan petanian jagung sekutar 230 m dari prmukaan laut. Namun komoditas Jagung yang biasanya dapat tumnuh subur di dataran rendah juga dapat tumbuh degan subur di tempat dengan ketinggian seperti di Desa Sidomukti ini.
Tabel 2. Topografi Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Penggunaan    Luas (Ha)   
1    Sawah Irigasi    600,00
2    Ladang atau Tegalan    17,50
3    Perkebunan Rakyat    -
4    Hutan Lindung    -
Jumlah     617,50
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar lahan pertanian yang ada di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang merupakan sawah irigasi, luas lahan yang merupakan sawah irigasi adalah sebesar 600 Ha. Desa Sidomukti juga memiliki ladang atau tegalan yang dimanfaatkan oleh warga desa ini untuk meningkatkan produksi pertanian Jagung. Luas ladang atau tegalan yang ada di Desa Sidomukti adalah 17,50 Ha.

3.1.4. Kondisi Pengairan(irigasi)
Desa Sidomukti sebagai daerah penghasil jagung tentu membutuhkan sistem pengairan untuk jalannya usaha taninya. Sistem pengairan di Desa Sidomukti ini sudah tergolong baik karena sudah mencukupi setiap kebutuhan pengairan para petaninya.

Tabel 3. Tabel Pengairan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Prasarana    keterangan   
1    Dam    ada/baik
2    saluran primer    ada/baik
3    saluran sekunder    ada/baik
4    saluran tersier    ada/baik
5    sumur ladang    tidak ada
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
    Berdasarkan tabel 3 tentang pengairan dapat diketahui bahwa di Desa Sidomukti sudah terdapat banyak sumber pengairan yang dapat digunakan oleh petani untuk mengairi lahannya, akan tetapi mayoritas petani jagung di Desa Sidomukti mendapatkan sumber air untuk lahannya adalah dari Dam atau bendungan yang lokasinya dekat dengan lahan pertanian mereka.

3.1.5. Agroklimat
Daerah Desa Sidomukti merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian lahan petanian jagung sekutar 230 m dari prmukaan laut. Namun komoditas Jagung yang biasanya dapat tumnuh subur di dataran rendah juga dapat tumbuh degan subur di tempat dengan ketinggian seperti di Desa Sidomukti ini.
Tabel 4. Kesuburan Tanah Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Tingkat kesuburan    Luas/Ha   
1    Sangat subur    325
2    Subur    207
3    Sedang    68
4    Tidak subur    -
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
     Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi laha pertanian di Desa Sidomukti dapat dikatakan subur sehingga mendukung untuk ditanami berbagai komoditas, akan tetapi khusu untuk komoditas jagung pada Desa Sidomukti ini hanya dilaksanakan pada saat para petani tidak menanam padi.





3.2 Keadaan Penduduk
3.2.1 Klasifikasi Tenaga Kerja
Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang berdasarkan tahun 2010, memperlihatkan besarnya jumlah penduduk sekitar 6.294 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.163 jiwa, sedangkan jumlah penduduk wanita lebih sedikit dari jumlah penduduk laki-laki yaitu 3.131 jiwa. Dengan keadaan penduduk yang demikian seharusnya di Desa Sidomukti dapat mengembangkan usahataninya dengan menggunakan tenaga kerja yang terdapat di Desa Sidomukti. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Tabel Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin
No    Jenis Kelamin    Jumlah(orang)   
1    Laki-laki    3.163
2    Perempuan    3.131
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Penduduk yang paling banyak di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah golongan penduduk dengan usia 0-10 tahun sebesar 3.914 jiwa. Dan dengan komposisi penduduk seperti di Tabel 6 di bawah ini dapat diperkirakan bahwa keproduktifan tenaga kerja di Desa Sidomukti bisa dioptimalkan dalam usahatani jagung.
Tabel 6. Tabel Kependudukan Berdasarkan Golongan Umur
No    Golongan     Jumlah(jiwa)   
1    0-10 tahun    443
2    11-20 tahun    216
3    21-30 tahun    216
4    31-40 tahun    522
5    41-50 tahun    1259
6    > 50 tahun    1258
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
    Tabel diatas memperlihatkan bahwa usia produktif Desa Sidomukti Kecamatan Mayang (18-40) berjumlah 954 jiwa baik laki-laki maupun perempuan. Usia produktif adalah usia dimana manusia yang telah mampu bekerja dan menghasilkan suatu penghasilan untuk menghidupi dirinya. Usia non-produktif adalah usia dimana manusia tidak mampu/ belum menghasilkan suatu pendapatan. Usia produktif di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang terbilang banyak. Hal ini membantu kelancaran pembangunan di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang

3.2.2. Sumber Daya Manusia
    Berdasar dari profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang, kualitas sumber daya manusia di Desa Sidomukti masih belum memadai. Hal ini dikarenakan masyarakat Sidomukti mayoritas tamatan SD, SLTP dan SLTA, sedangkan yang lulusan Diploma atau sarjana masih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari tabel tingkat pendidikan penduduk dan kualitas angkatan kerja Desa Sidomukti seperti di bawah ini : 
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk
No    Keterangan    Jumlah(Orang)   
1    Penduduk usia 10th keatas yang buta huruf    350 orang
2    Penduduk tidak tamat SD/sederajat    tidak ada
3    Penduduk tamat SD/sederajat    902 orang
4    Penduduk tamat SLTP/sederajat    1786 orang
5    Penduduk tamat SLTA/sederajat    428 orang
6    Penduduk tamat D-1    tidak ada
7    Penduduk tamat D-2    tidak ada
8    Penduduk tamat D-3    tidak ada
9    Penduduk tamat S-1    5 orang
10           Penduduk tamat S-2                       tidak ada
11           Penduduk tamat S-3                      tidak ada

Sumber Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendidikan penduduk Desa Sidomukti adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama, akan tetapi tidak sedikit pula yang telah mendapat gelar sarjana, maka dengan kualifikasi pendidikan yang demikian akan sangat mendukung dalam usahatani jagung di Desa Sidomukti. Dan dengan kualifikasi pekerja tersebut seharusnya petani jagung di Desa Sidomukti dapat menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif.




3.2.3 Mata Pencaharian Pokok   
Masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Sidomukti mempengaruhi terhadap pekerjaan dan mata pencarian penduduk. Masyarakat di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang lebih mengandalkan budaya yang telah berlaku secara turun-menurun dan menggunakan pengalaman dalam bertani. Sebagian besar masyarakat Desa Sidomukti berprofesi sebagai petani. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani sebanyak 2.192 orang. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini ;
Tabel 8. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Mata Pencaharian    jumlah (orang)   
1    Petani Pemilik sawah                                       1400
2.    Pemilik Tanah Ladang    107
3    Petani Penggarap    70   
3    Buruh Tani    887    -
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Berdasarkan tabel 8 tentang mata pencaharian masyarakat Sidomukti dapat diperoleh informasi bahwa Penduduk Desa Sidomukti mayoritas adalah pemilik lahan sawah sebesar 1400 orang dan buruh tani sebesar 887 orang. Dengan semakin banyak petani pemilik sawah, maka semakin banyak pula komoditas pangan yang dihasilkan penduduk dan ketahanan pangan di Desa Sidomukti akan terjamin. Sedangkan dengan jumlah buruh tani yang cukup besar, maka tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengembangkan usahatani akan tercukupi.

3.3 Kondisi Usaha Tani
    Masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang yang sebagian besar penduduknya petani memiliki kelompok tani untuk menyeragamkan dalam hal budidaya. Budidaya jagung di Desa Sidomukti dikatakan bagus karena di Desa Sidomukti sudah menggunakan teknologi yaitu dalam pengolahan tanah sudah menggunakan traktor, dan dalam melakukan penanaman menggunakan pola penanaman yang standar. Selain itu, usahatani di Desa Sidomukti sudah termasuk usahatani yang semi komersil yaitu komoditas yang dihasilkan tidak hanya untuk dikonsumsi, tetapi sebagian dijual kepada pedagang untuk memperoleh keuntungan dan untuk memenuhi kebutuhan selain pangan.
    Usahatani jagung di Desa Sidomukti adalah sudah menggunakan teknologi yang memadai yaitu dengan menggunakan bibit unggul, menggunakan pupuk anorganik, dan penggunaan pembasmi hama yang dianjurkan dan pengolahan tanah yang sudah menggunakan alat traktor modern. Selain itu, kondisi usahatani jagung di Sidomukti sudah memenuhi permintaan konsumen. 
Masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang sebagian besar adalah petani. dalam pemasarannya ada beberapa saluran pemasaran yang dilewati oleh para petani sebagai produsen. Hal ini dapat terlihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 9. Mekanisme Pemasaran Tanaman Pangan dan Holtikultura
No    Saluran pemasaran      Keterangan
1    Dijual langsung ke konsumen                                  ada                                                
2    Dijual melalui KUD    ada
3    Dijual melalui Tengkulak    ada
4    Dijual melalui Pengecer    tidak ada
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Berdasarkan tabel 9 di atas tentang Mekanisme pemasaran Tanaman pangan di Desa Sidomukti dapat diketahui bahwa mekanisme pemasaran yang terjadi di Desa Sidomukti adalah mayoritas petani menjual hasil pertaniannya kepada KUD dan tengkulak. Dengan mekanisme pasar tersebut petani di Desa Sidomukti sudah termasuk petani yang komersil dengan menjual sebagian hasil pertaniannya kepada pasar. Tetapi petani di Desa Sidomukti mayoritas tidak menjual langsung kepada konsumen, hal ini dikarenakan di Desa Sidomukti sebagian besar penduduk Desa Sidomukti adalah produsen dalam bidang pertanian pangan.







IV. HASIL PRAKTEK LAPANG DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktek Lapang
    Desa Sidomukti Kecamatan Mayang merupakan salah satu desa di Kabupaten Jember yang daerahnya memiliki potensial dalam bidang pertanian terutama dalam bidang pertanian komoditas jagung. Dikatakan sebagai daerah yang memiliki potensial dalam bidang pertanian, karena Desa Sidomukti memiliki sebagian besar lahannya yang produktif. Lahan yang produktif tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Sidomukti untuk melakukan proses usaha tani. Proses usaha tani Desa Sidomukti telah menerpakan konsep agribisnis. Sistem agribisnis yang telah terdapat di Desa Sidomukti adalah subsistem penyediaan dan pengadaan sarana produksi, subsistem budidaya atau usaha tani, subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, subsitem pemasaran hasil pertanian, subsistem prasarana dan subsistem pembinaan.
    R/C ratio merupakan pengukuran nilai efisiensi usaha tani. Perhitungan nilai efisiensi usaha tani R/C ratio komoditas jagung Desa Sidomukti menghasilkan nilai sebesar 1,14. Hasil perhitungan tersebut diperoleh dari dari perbandingan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya usaha tani (TC). Total penerimaan usaha tani rata-rata masyarakat Desa Sidomukti adalah Rp 1.980.000, sedangkan total biaya usaha tani rata-rata masyarakat Desa Sidomukti sebesar Rp 1.742656. perhitungan R/C ratio tersebut menunjukkan bahwa usaha tani yang dijalankan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang efisien.
    BEP (Break Event Point) adalah perhitungan mencari nilai antar nilai untung dan nilai rugi. Perhitungan BEP merupakan perbandingan antar biaya tetap (FC) dengan hasil pengurangan antara harga jual per unit (P) dengan biaya variabel per unit (AVC). Berdasarkan hasil praktek lapang Desa Sidomukti Kecamatan Mayang dengan menentukan sejumlah responden petani komoditas jagung memperoleh data dengan FC sebesar Rp 1.266.165, VC sebesar Rp 1.742.565. Jumlah produksi (Q) rata-rata masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang komoditas jagung lebih kurang sebesar 1000 Kg dengan harga jual (P) rata-rata sebesar Rp 1.980/Kg. Nilai AVC diperoleh dari VC dibagi dengan Q, yang diketahui hasilnya berdasarkan data yang diperoleh sebesar Rp 476,4. Keadaan BEP pada usaha tani komoditas jagung Desa Sidomukti Kecamatan Mayang diperoleh sebesar 842,09 Kg dengan penjualan sebesar Rp 1.666.006,6. berdasarkan keadaan BEP usaha tani Desa Sidomukti Kecamatan Mayang tersebut menunjukkan bahwa usaha tani usaha tani yang dijalankan oleh para petani komoditas jagung menguntungkan.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sistem Agribisnis Komoditas Jagung di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Kabupaten Jember
    Para petani di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang telah menerapkan sistem agribisnis. Sistem agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan mulai dari pra usaha tani yang meliputi pengadaan saprodi sampai pasca usaha tani yang meliputi pengolahan hasil hingga pemasaran produk. Petani Desa Sidomukti Kecamatan Mayang menerapkan sistem agribisnis yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi serta memberikan nilai tambah.
a. Subsistem Pengadaan dan Penyediaan Sarana Produksi
    Masyarakat Desa Sidomukti mayoritas bermata pencaharian pokok sebagai petani. Masyarakat Desa Sidomukti yang berprofesi sebagai petani khususnya petani komoditas jagung mendapatkan sarana produksi yang dibutuhkan yang berupa benih/bibit jagung, pupuk, pestisida berasal dari kelompok tani atau toko di sekitar daerah Desa Sidomukti. Ketersediaan dari sarana produksi tersebut dari tahun ke tahun tidak menetu, kadang sangat mudah kadang juga agak sulit. Hal ini dikarenakan pupuk di Desa Sidomukti diberikan sesuai proporsi yang ditentukan oleh kelompok tani. Untuk memperoleh benih, para petani harus membelinya kepada kelompok tani atau toko yang ketersediaanya cukup tetapi harganya cukup mahal.




b. Subsistem Budidaya
    Mayoritas masyarakat petani Desa Sidomukti Kecamatan Mayang setiap tahun dalam menerapkan pola pergiliran masa tanam sebanyak tiga kali. Pola tanam tersebut yaitu masa tanam pertama membudidayakan komoditas jagung, masa tanam kedua juga komoditas jagung, sedangkan pada masa tanam ketiga membudidayakan komoditas padi. Berdasarkan pola tanam tersebut dapat ditarik garis besar bahwa para petani di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang mengutamakan komoditas jagung dari pada padi. Proses usaha tani komoditas jagung di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang dalam penggunaan teknologi masih tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat masih menggunakan teknologi tradisional. Penggunaan teknologi modern hanya sebatas di sekitar kantor kepala desa.
c. Subsistem Pengolahan Hasil
    Para petani jagung Desa Sidomukti tidak melakukan pengolahan hasil pasca panen jagung sehingga usaha tani jagung secara keseluruhan di Desa Sidomukti tidak berkembang. Hal ini amat disayangkan karena pengolahan hasil dapat menambah nilai komoditas serta mengurangi nilai susut komoditas jagung. Petani jagung masih enggan untuk melakukan pengolahan hasil lebih lanjut dikarenakan minimnya modal.
d.    Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian
    Pemasaran jagung di Desa Sidomukti melibatkan petani jagung itu sendiri, pedagang kecil, tengkulak desa, dan pedagang. Kendala pemasaran yang sering dihadapi petani jagung adalah tidak terdapat pasar di daerah setempat untuk menjualkan hasil produksi jagungnya. Para petani jagung tidak dapat langsung menjual hasil produksinya dikarenakan mereka harus menunggu petani lain untuk dapat bersama-sama memasarkan hasil produk ke pasar di Kecamatan Silo atau dalam hal ini para petani jagung juga mengalami kendala transportasi.
e.    Subsistem Prasarana
    Prasarana-prasarana yang digunakan petani jagung di Desa Sidomukti ialah pinjaman modal dari lembaga keuangan dalam hal ini Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Modal tersebut dialirkan melalui kelompok tani. Prasarana lain yang digunakan petani jagung adalah prasarana perhubungan. Prasarana perhubungan seperti jalan dan transportasi masih kurang. Ini juga merupakan salah satu faktor kendala  dalam meningkatkan produktifitas usaha tani jagung di Desa Sidomukti
   
f. Subsistem Pembinaan
        Pemerintah Desa Sidomukti melakukan pembinaan kepada petani jagung di Desa Sidomukti secara intens. Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah secara intens melalui penyuluhan-penyuluhan. Penyuluhan tersebut dilakukan oleh petugas PPL melalui kelompok tani yang berada di Desa Sidomukti. Intensitas pertemuan yang dilakukan oleh kelompok tani di Desa Sidomukti sebanyak 2 kali sebulan.

4.2.2    Usahatani Yang Diterapkan Pada Komoditas Jagung Di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Kabupaten Jember
a. Analisis Efisiensi Usahatani
Keuntungan usahatani jagung dapat diketahui dengan analisis R/C ratio dengan cara membandingkan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Untuk mengetahui apakah usahatani jagung responden Desa Sidomukti Kecamatan Mayang menguntungkan atau tidak, digunakan R/C ratio yang mana telah diketahui bahwa total penerimaan (TR) rata-rata responden sebesar Rp. 1.980.000 dan total biaya Rp. 1.742.565 yang memberikan hasil R/C sebesar 1,14. Berdasarkan kriterianya nilai R/C ratio > 1 berarti suatu usahatani menguntungkan. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran sebesar 1 rupiah akan memberikan penerimaan sebesar 1,14 rupiah. Dengan demikian usahatani responden dapat dikembangkan.
b. Analisis Break Event Point
    Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang kita kenal dengan TITIK IMPAS, adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit dalam suatu usaha. Para petani jagung di Desa Sidomukti melakukan produksi pertanian, dalam mengembangkan usaha taninya para petani melakukan penghitungan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani jagung. Hasil dari wawancara kepada petani, diperoleh jumlah biaya-biaya variabel (VC) yang dikeluarkan sebesar Rp 476.400,00 untuk musim tanam jagung dan biaya tetap (FC) untuk usaha tani jagung sebesar Rp 1.266.165,00. Jadi, total biaya (TC) yang dikeluarkan dalam usaha tani tersebut adalah sebesar Rp 1.742.565,00.
    Biaya dalam usaha tani merupakan jumlah komponen biaya variabel (VC) dan biaya tetap (FC). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dalam usaha tani petani komoditas jagung di Desa Sidomukti diperoleh jumlah produksi (Q) rata-rata yang dihasilkan sebesar 1000 Kg dengan price (P) atau harga yang ada di pasar sebesar Rp. 1980/Kg. Data tersebut dapat menyatakan, diketahui rata-rata variable cost (AVC) sebesar Rp. 476,4, sehingga diperoleh keadaan BEP(Q) komoditas jagung yang dihasilkan sebanyak 842,09 kg dan juga BEP(S) atau penjualan sebesar Rp. 1.666.006,6. Hal ini menyatakan bahwa usaha tani yang dijalankan di Desa Sidomukti akan mencapai titik impas (BEP) saat komoditas yang dihasilkan sebanyak 842,09 kg dan juga penjualan mencapai Rp. 1.666.006,6. Keadaan usaha tani yang melebihi BEP menyimpulkan bahwa petani telah mendapatkan keuntungan, namun pada kenyataan nya para petani belum merasakan keuntungan seutuhnya dari usaha tani yang dijalaninya. Hal ini dikarenakan sebagian hasil produksi masih digunakan untuk kebutuhan petani dan juga dikarenakan sebagian jagung terserang hama tikus yang menyebabkan jumlah produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Analisis Titik Impas (BEP) dapat diperjelas melalui kurva berikut.




















Gambar 4. Kurva BEP komoditas Jagung Desa Sidomukti

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
     Berdasarkan  hasil praktek lapang dan pembahasan di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.    Sistem agribisnis yang diterapkan oleh petani di Desa Sidomukti terdiri dari beberapa subsistem yaitu subsistem pengadaan dan penyediaan sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan hasil pertanian, subsistem pemasaran hasil pertanian, subsistem prasarana, dan subsistem pembinaan.
2.    Sistem yang diterapkan oleh petani di Desa Sidomukti dapat dikatakan cukup bagus. Hal ini karena masih terdapat kendala dalam satu subsistem yang ada, yaitu pada subsistem pengadaan dan penyediaan sarana produksi. Ketersediaan dari sarana produksi tersebut adalah agak sulit. Hal ini dikarenakan pupuk di Desa Sidomukti diberikan sesuai proporsi yang ditentukan oleh kelompok tani, sedangkan untuk memperoleh benih, para petani harus membelinya kepada agen yang harganya cukup mahal.
3.    Usahatani yang dilakukan oleh para petani jagung di Desa Sidomukti merupakan usaha yang cukup menguntungkan dan cukup efisien dari segi finansial. Hal ini dapat dibuktikan dari perhitungan R/C Ratio, Angka Gini dan BEP(Q) dan BEP(S).
-    Interpretasi perhitungan R/C Ratio: nilai R/C Ratio lebih dari 1, maka penggunaan biaya yang digunakan oleh responden (petani jagung) di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah produktif atau menguntungkan.
-    Interpretasi perhitungan Angka Gini: nilai angka gini mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa distribusi penguasaan tanah pada daerah Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah merata.
-    Interpretasi perhitungan BEP(Q) dan BEP(S): Responden (petani jagung) di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang mencapai keadaan BEP (Break Event Point) apabila memproduksi jagung sebanyak 842, 09 Kg sebesar Rp 1.666.006,6

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktek lapang yang dilakukan dapat diperoleh saran sebagai berikut:
Petani jagung di Desa Sidomukti sebaiknya melakukan intensifikasi pertanian secara intensif untuk mengurangi hama tikus yang ada di lahan usahatani petani.
Kelompok tani sebaiknya tidak hanya menyediakan pupuk tetapi juga menyediakan benih untuk para petani, sehingga dapat mengurangi pengeluaran biaya, tetapi tetap dapat menghasilkan produk yang berkualitas.


































DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Muhammad. 2007. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jogyakarta: Andi offset

Mubarokah, R. Yulia. 2003. Hubungan Adopsi Petani dengan Pendapatan Usahatani Jagung Hibrida. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jember.

Sudadi Martodireso, Widada Agus Suryanto. 2003. Agribisnis kemitraan usaha     bersama: upaya peningkatan kesejahteraan petani. Yogyakarta: Kanisius   

Sutriono. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember:  Universitas Jember.

Warisno. 2008. Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.

Nuryati. 2007. Efisiensi Usahatani http://pdeb.fe.ui.ac.id/pde/savvyware/ digitallibrary/modules/search.php/menu=browse&level=detail&pk_resource=2&period=1981&volume=Vol.%2029,%20No.%203&id=3641. [15/10/2009].

Soetriono. 2003. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember: Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Sofa. 2008. Efisiensi Usahatani. http://massofa.wordpress.com/page/41/. [15/10/2009].








LAMPIRAN


1.    Perhitungan BEP Pada Komoditas Jagung Desa Sidomukti Kecamatan Mayang

Responden    VC (Rp)    FC (Rp)    TC (Rp)    TR (Rp)
Siti Aminah    Rp601.000     Rp28.825     Rp629.825     Rp1.200.000
 M. Robetul Hasan    Rp471.000     Rp25.000     Rp496.000     Rp2.300.000
Mulyadi    Rp661.000     Rp3.477.000     Rp4.138.000     Rp2.000.000
 M. Rosyid    Rp254.000     Rp2.115.000     Rp2.369.000     Rp2.000.000
M. Shaleh    Rp395.000     Rp685.000     Rp1.080.000     Rp2.400.000
Rata-rata    Rp476.400     Rp1.266.165     Rp1.742.565     Rp1.980.000

AVC =   =   = 476,4
BEP (Q) =   =   =   = 842,09 Kg
BEP (Rp) =   =   =   =   = Rp 1.666.006,6
Interpretasi: Responden (petani jagung) di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang mencapai keadaan BEP (Break Event Point) apabila memproduksi jagung sebanyak 842, 09 Kg sebesar Rp 1.666.006,6
    

Gambar 4. Kurva BEP komoditas Jagung Desa Sidomukti


2.    Perhitungan R/C Ratio Pada Komoditas Jagung Desa Sidomukti Kecamatan Mayang

Responden    VC (Rp)    FC (Rp)    TC (Rp)    TR (Rp)
Siti Aminah    Rp601.000     Rp28.825     Rp629.825     Rp1.200.000
 M. Robetul Hasan    Rp471.000     Rp25.000     Rp496.000     Rp2.300.000
Mulyadi    Rp661.000     Rp3.477.000     Rp4.138.000     Rp2.000.000
 M. Rosyid    Rp254.000     Rp2.115.000     Rp2.369.000     Rp2.000.000
M. Shaleh    Rp395.000     Rp685.000     Rp1.080.000     Rp2.400.000
Rata-rata    Rp476.400     Rp1.266.165     Rp1.742.565     Rp1.980.000

R/C Ratio =   =   = 1,14
Interpretasi: Karena nilai R/C Ratio lebih dari 1, maka penggunaan biaya yang digunakan oleh responden (petani jagung) di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah produktif atau menguntungkan.

3.  Perhitungan Angka Gini Pada Komoditas Jagung Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
   
Pada Desa Sidomukti Kecamatan Mayang terdapat lima petani yang memiliki lahan dengan luas sebagai berikut:
Responden    Luas Lahan (Ha)
Mulyadi    0,2
 M. Robetul Hasan    0,5
 M. Rosyid    1
M. Shaleh    1,5
Siti Aminah    3,45





Data tersebut dibagi menjadi lima kelompok kelas dari yang tersempit sampai yang terluas.
I.    20% Tersempit    = 0,2
II.    20% Sempit        = 0,5
III.    20% Sedang        = 1
IV.    20% Luas        = 1,5
V.    20% Terluas        = 3,45
Total            = 6,65

Dibuat tabel untuk menghitung presentase luas tanah secara parsial maupun komulatif sebagai berikut:
Kategori Luas    % Luas    Qi+Qi-1    Qi+Qi-1
Tersempit    3    3    3
Sempit    7,5    10,5    13,5
Sedang    15    25,5    39
Luas    22,5    48    87
Terluas    52    100    187

AG = 1-n∑I  =     Pi (Q I +  Q =1)
                10.000
AG        : Angka Gini
Pi        : Presentase penguasaan luas tanah pada kelas ke-i
Qi        : Presentase komulatif luas tanah sampai dengan kelas ke-i
Qi-1        : Presentase luas tanah sampai dengan kelas ke i-1
N        : Jumlah kelompok / kelas
10.000        : Bilangan konstanta






AG = 1-n∑I  =    Pi (Q I +  Q =1)
                10.000
        = 1- 20(3)+20(13,5)+20(39)+20(87)+20(187)
10.000
        = 1 – 0,659
        = 0,341
Interpretasi: Karena nilai angka gini mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa distribusi penguasaan tanah pada daerah Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah merata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar