Selasa, 13 Maret 2012

Putusnya Komunikasi dan Pemberontakan Anak

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Komunikasi selalu digunakan dan mempunyai peran yang penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak dan belajar menggunakan komunikasi. Kegiatan komunikasi dilakukan dalam berbagai macam situasi, yaitu intra pribadi, antarpribadi, kelompok dan massa. Hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yng ada kaitannya dengan masalah hubungan. Atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling menukar pikiran atau pendapat.
Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antarmanusia, baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi tidak mungkin terjadi. Sebagian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam situasi atau tingkatan komunikasi antarpribadi. Secara teoritis, komunikasi antarpribadi oleh Joseph A. Devito (1989) diartikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. sedang bercakap-cakap. Tingkatan komunikasi antarpribadi dapat ditemui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok maupun organisasi.
Dalam keluarga, komunikasi merupakan suatu keniscayaan. Ada beberapa unsur yang membuat komunikasi itu begitu penting. Misalnya, komunikasi merupakan pengisi kebutuhan anak yang hakiki. Jadi tanpa komunikasi anak akan bertumbuh dalam kehampaan dan orang yang besar dalam keluarga di mana banyak orang yang tidak mengajaknya bicara dan tidak ada yang menstimulasinya, sedikit banyak akan membuat si anak misalnya kesepian atau merasa dirinya kosong atau bermasalah dalam mengambil inisiatif, sehingga dia menjadi anak yang relatif pasif. Semua itu adalah hal-hal yang bisa terjadi dalam keluarga di mana ada masalah komunikasi. Dalam paper ini saya akan menyoroti  kaitannya dengan pemberontakan anak. Kita semua menyadari bahwa di dalam keluarga, komunikasi memang penting. Tetapi kadang-kadang yang namanya berkomunikasi juga bisa mengalami kesalahan, sehingga timbul masalah yang besar termasuk terhadap anak-anak.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja yang dapat menimbulkan anak menjadi pemberomtak?
2. Bagaimana dampak pada anak yang keluarganya kurang sering berkomunikasi?
3. Bagaimana cara penanganan agar komunikasi dalam keluarga tetap lancar dan tidak menjadikan anak memberontak?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui sebab timbulkan pemberontakan.
2. Untuk mengetahui dampak pada anak yang keluarganya kurang sering berkomunikasi.
3. Untuk mengetahui cara penanganan agar komunikasi dalam keluarga tetap lancar dan tidak menjadikan anak memberontak

1.3.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui mengetahui sebab timbulkan pemberontakan.
2. Dapat mengetahui mengetahui dampak pada anak yang keluarganya kurang sering berkomunikasi.
3. Dapat mengetahui mengetahui cara penanganan agar komunikasi dalam keluarga tetap lancar dan tidak menjadikan anak memberontak.






BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Hal-hal yang Dapat Menimbulkan Anak Menjadi Pemberomtak
Ketika dalam keluarga ada masalah di mana antara orang tua dan anak tidak bisa berkomunikasi dengan baik,  bisa menimbulkan pemberontakan.  Ada sekurang-kurangnya dua hal yang bisa kita soroti. Yang pertama adalah hilangnya komunikasi berpotensi membuat anak merasa tidak didengarkan. Jadi apa yang disampaikan berlalu begitu saja atau malah lebih buruk lagi, ia tidak mau mengatakan apa-apa lagi sebab dia merasa percuma. Jadi karena dia merasa apa yang disampaikan juga tidak disambut dan tidak ditanggapi, maka lain kali tidak perlu bicara lagi karena tidak akan didengarkan. Rasa tidak didengarkan adalah bahan yang membuat anak memberontak, karena dia merasa seperti berhadapan dengan tembok sehingga untuk menembusnya dia harus menabrak dan menghancurkan tembok itu. Inilah salah satu bentuk pemberontakan. Jadi kita bisa melihat misalnya dari yang sederhana dulu, waktu berbicara dengan orang tua, dia akan beremosi, dia akan berteriak, itu adalah wujud dari pemberontakan yang menyatakan keinginan dia untuk bisa menghancurkan tembok itu karena dia merasa bicara perlahan tapi tidak didengarkan, tidak dituruti yang dia inginkan, tidak dipertimbangkan usulannya. Sehingga dia mesti meninggikan suara dengan emosi yang lebih kuat, seolah-olah semua itu adalah bentuk-bentuk usaha untuk menghancurkan tembok tersebut. Ini yang awalnya biasa terjadi. Tapi itu tidak terjadi dengan seketika, artinya buruknya suatu komunikasi merupakan suatu proses yang memang dari awal kita sudah bermasalah dengan anak ini.
Biasanya kalau dalam keluarga, kita katakan tidak ada masalah sepertinya tidak mungkin, sebab di setiap keluarga ada masalahnya, namun ada perbedaan antara satu keluarga dengan keluarga yang lain dalam hal komunikasi. Jadi kalau dalam keluarga ada komunikasi, artinya anak itu terbiasa mengutarakan pendapat secara terbuka kepada orang tua, demikian juga orang tua kepada anak, kalau pun ada masalah maka kita akan melihat bahwa kedua belah pihak masih dapat berbicara. Dua-duanya mungkin masih tetap jengkel, masih tetap tidak suka, tidak setuju dan sebagainya tapi dua-duanya masih bisa berkomunikasi. Kuncinya adalah yang sudah saya sebut tadi yaitu anak merasa kalau dia didengarkan. Jadi selama kita bisa menanamkan ini sejak kecil bahwa ia didengarkan dan pendapatnya cukup layak untuk dipertimbangkan maka kalau nanti di masa-masa remaja, anak-anak itu mulai memberontak setidak-tidaknya jalur komunikasi itu masih ada. Kenapa ada kasus-kasus di mana anak itu memberontak terlalu parah ? Itu dikarenakan tali komunikasi sudah putus, sehingga seolah-olah anak itu harus menggedor-gedor pintu rumah orang tuanya agar didengarkan, agar pendapatnya itu dianggap penting.

2.2 Dampak Pada Anak yang Keluarganya Kurang Sering Berkomunikasi
Komunikasi itu adalah sesuatu yang penting dan akan diwariskan kepada anak. Jadi kalau ada yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik antara suami dan istri, itulah yang akan diwariskan kepada anak-anak kita. Atau karena hubungan kita dengan anak tidak baik sehingga jarang adanya komunikasi, akibatnya anak harus bertumbuh besar dalam rumah di mana dia akan kehilangan kesempatan belajar untuk berkomunikasi. Saya berikan contoh, waktu dia melihat orang bersitegang dan tidak sependapat tapi dia melihat orang tua itu berbicara. Maka tanpa disadari sebetulnya dia tengah belajar bagaimana berkomunikasi dan menyelesaikan perbedaan pendapat. Lain kali ketika dia sudah besar apalagi waktu dia berkeluarga, dia menghadapi persoalan yang serupa, tanpa disadari apa yang dia lihat dan alami dulu sudah mengendap di dalam dirinya sehingga itu yang nanti bisa dia gunakan, dia melihat misalkan orang tuanya malam ini tidak bisa mencapai titik temu, tapi kemudian esok hari mulai berbicara lagi sehingga akhirnya nanti di hari ketiga barulah mencapai titik temu. Sedikit banyak ini menjadi pelajaran baginya, kalau nanti tidak mendapat titik tengah maka akan dicoba lagi, mungkin hari pertama tidak berhasil maka coba lagi di hari kedua dan hari ketiga. Bandingkan dengan kalau orang tua dengan anak tidak bisa berkomunikasi dengan baik, ribut, bertengkar dan kemudian berhenti sampai di situ, maka anak akan berkata, "Jadi caranya seperti itu, maka lain kali saya juga akan seperti itu dengan suami atau istri saya, kalau berbicara dan tidak ada titik temunya maka saya akan berhenti dan tidak meneruskan, mendiamkan saja". Jadi sekali lagi waktu anak harus hidup di dalam keluarga yang miskin komunikasi, ia pun harus kehilangan pembelajaran penting yaitu bagaimana berkomunikasi dengan benar. Dan inilah yang akan dicegah. Terkadang di dalam berkomunikasi ada anak yang meledak-ledak, berbicara keras dan menyatakan ketidakpuasannya. Tapi justru ada anak remaja yang malah menutup komunikasi dengan cara tidak berbicara, mengurung diri dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa ada anak yang lebih ekstrovert dan ada anak yang lebih introvert, sudah tentu anak yang ekstrovert akan lebih mudah diajak berkomunikasi. Anak yang introvert akan lebih cepat menyerah. Bagi anak introvert  kalau dia merasa sudah tidak ada lagi gunanya maka dia akan berhenti dan tidak mau lagi meneruskannya. Namun meskipun anak itu berbeda tapi kuncinya adalah apakah dari awal orang tua bersedia mendengarkan dia. Yang membunuh komunikasi antara orang tua dan anak dan akhirnya mendorong dia untuk memberontak terhadap orang tua adalah karena orang tua mendapati tembok di rumah, dan dia merasakan apa yang dia katakan seperti memantul kembali, tidak bisa masuk ke dalam diri orang tua, orang tua tidak mengambil waktu untuk memikirkan pendapat si anak. Jadi misalkan anak itu berbeda dengan orang tua, kecenderungan orang tua adalah marah. Hal-hal seperti ini akhirnya akan membuat anak berpikir percuma. Dan suatu kali ada waktu di mana dia tidak tahan lagi dan mengeluarkan emosinya, berontak dan meledak. Bisa kita simpulkan bahwa  mulai anak kecil orang tua harus menjalin percakapan untuk terbuka. Kalau pun orang tua tidak setuju, sedapatnya jangan terburu-buru dengan cepat melarang dengan berkata, "Tidak, jangan" dan sebagainya. Kalau pun pemikirannya aneh dan sebagainya maka orang tua setidaknya mencoba untuk mengatakan, "Mari kita pikirkan terlebih dahulu" atau memberi jawaban-jawaban yang rasional. Sebagai orang tua mesti berhati-hati dan jangan merasa diri lebih tahu dan merasa benar, sehingga harus selalu didengarkan dan akhirnya orang tua luput untuk mendengarkan anak.

2.3 Cara Penanganan Agar Komunikasi dalam Keluarga Tetap Lancar dan Tidak Menjadikan Anak Memberontak
Cara penanganan agar komunikasi dalam keluarga tetap lancar dan tidak menjadikan anak memberontak adalah yang pertama, bisa tidak bisa sebagai orang tua harus bersedia memperbaiki komunikasi. Jika tidak berhasil, maka orang tua harus segera mencari pertolongan pihak ketiga yakni seorang konselor keluarga. Orang tua jangan berpikir untuk mendiamkannya, "Siapa tahu lain kali akan membaik dengan sendirinya," tidak seperti itu tapi orang tua harus berusaha. Kalau sudah berusaha dan berusaha, tapi tetap tidak menemukan jalan keluarnya maka jangan ragu untuk meminta bantuan. Sebagai orang tua yang mengusahakan percakapan, mengajak anak untuk berbicara lagi atau bertanya kepadanya, kadang-kadang mengalami kendala karena orang tua merasa, "Kenapa inisiatif dari kita saja, kenapa dari pihak dia tidak," kalau orang tua tidak mengajak bicara dan memunculkan percakapan maka tidak akan terjadi percakapan yang penting atau mendalam, percakapannya seringkali hanya biasa-biasa saja, "Tapi mengapa harus selalu dari orang tua". Orang tua selalu mengingat bahwa ini adalah tugas kita, kalau bukan tugas kita maka siapa. Memang orang tua harus merendahkan diri dan mengorbankan harga diri, tapi tidak mengapa sebab sekali lagi kalau bukan dari orang tua kemudian mau siapa. Ini adalah anak kita maka sedapatnya dengan pertolongan Tuhan, kita harus terus menjangkaunya, menariknya dan mengajaknya berbicara. Yang kedua adalah komunikasi dengan anak tidak harus menunggu sampai komunikasi di antara kita membaik. Langkah pertama adalah mengajaknya bicara hati ke hati dan meminta maaf kepadanya akan kurangnya komunikasi yang telah terjadi selama ini. Akui kepadanya bahwa selama ini memang kita kurang mendengarkannya. Akui dan terima pula kemungkinan bahwa sekarang ia tidak lagi berminat untuk berkomunikasi dengan kita. "Menerima" di sini berarti menerima keputusannya untuk tidak berkomunikasi dan menunggunya hingga ia siap. Orang tua tidak dapat memaksanya untuk berkomunikasi. Namun, sampaikan pula kepadanya bahwa kendati ia tidak lagi berminat, kita tetap ingin belajar dari kesalahan di masa lampau. Jadi, tanyakan kepadanya apakah yang telah dilihat dan dialaminya selama ini agar kita dapat memerbaiki diri. Cara terakhir yaitu orang tua harus menunjukkan usaha memperbaiki keadaan, jangan sampai anak merasa bahwa apa yang telah disampaikan hanya berlalu begitu saja karena nantinya dia tidak akan bersedia kembali menjalin komunikasi. Ketika anak melihat usaha orang tua menanggapi masukannya, mencoba untuk mendengarkannya, berbuat sesuai yang dia inginkan, besar kemungkinan suatu hari kelak dia akan membuka pintu komunikasi dengan orang tua. Jadi kuncinya adalah dia melihat kesungguhan orang tua bahwa orang tua membuka pintu komunikasi bukan untuk menguasainya, tapi justru untuk memerbaiki relasi dengan dia.


BAB 3. KESIMPULAN

3.1    Kesimpulan
1.    Hilangnya komunikasi berpotensi membuat anak tidak didengarkan. Apa yang disampaikannya berlalu begitu saja atau malah lebih buruk lagi, ia tidak lagi mau mengatakan apa-apa sebab ia merasa percuma. Rasa tidak didengarkan adalah bahan yang dapat membuat anak memberontak. Ia merasa seperti berhadapan dengan tembok sehingga untuk menembusnya, ia harus menabrak dan menghancurkan tembok itu. Inilah pemberontakan.
2.    Sewaktu anak harus hidup dalam keluarga yang miskin komunikasi, ia pun akan harus kehilangan pembelajaran penting yaitu bagaimana berkomunikasi dengan benar. Alhasil ia miskin keterampilan berkomunikasi. Manakala sesuatu mengganggunya, ia tidak paham bagaimana mengutarakannya dengan benar. Ia tidak tahu bagaimana menyikapi perbedaan pendapat atau meminta sesuatu dengan benar. Akhirnya cara yang dikembangkannya adalah menerjang atau memberontak. Apa yang dikatakan orang tua bila tidak disukainya akan dilawannya sebab inilah satu-satunya cara yang diketahuinya.
3.    Cara Penanganannya adalah
•    Tidak bisa tidak, sebagai orang tua, harus bersedia memperbaiki komunikasi. Jika tidak berhasil, orang tua harus segera mencari pertolongan pihak ketiga yakni konselor keluarga.
•    Komunikasi dengan anak tidak harus menunggu sampai komunikasi di antara orang tua dan anak membaik. Langkah pertama adalah mengajaknya bicara hati ke hati dan meminta maaf kepadanya akan kurangnya komunikasi yang telah terjadi selama ini. Akui kepadanya bahwa selama ini memang kita kurang mendengarkannya. Akui dan terima pula kemungkinan bahwa sekarang ia tidak lagi berminat untuk berkomunikasi dengan orang tua. "Menerima" di sini berarti menerima keputusannya untuk tidak berkomunikasi dan menunggunya hingga ia siap. Orang tua tidak dapat memaksanya untuk berkomunikasi. Namun, sampaikan pula kepadanya bahwa kendati ia tidak lagi berminat, kita tetap ingin belajar dari kesalahan di masa lampau. Jadi, tanyakan kepadanya apakah yang telah dilihat dan dialaminya selama ini agar kita dapat memerbaiki diri.
•    Terakhir, orang tua harus menunjukkan usaha memperbaiki keadaan. Jangan sampai ia merasa bahwa apa yang telah disampaikannya berlalu begitu saja. Mungkin ia belum bersedia kembali menjalin komunikasi sekarang, namun jika ia melihat usaha orangtua menanggapi masukannya, besar kemungkinan suatu hari kelak ia akan membuka pintu komunikasi dengan orang tua.




















DAFTAR PUSTAKA

DeVito, Joseph A. 1994. Human Communication : The Basic Course. New York: Harper Collins Publishers.
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gunadi, Paul. 2008. Pemberontakan Anak. http://www.telaga.org/audio/putusnya_komunikasi_dan_pemberontakan_anak.htm, (30 Maret 2011)
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Widjaja, H. A. W. 2000. Ilmu Komunikasi: Pengantar Studi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

perbedaan wewenagn dan kekuasaan

Definisi yang disampaikan oleh Rogers, yaitu yang berkaitan dengan usaha mempengaruhi perilaku orang lain saat kita menggunakan kekuasaan. Perilaku tersebut adalah perilaku yang kita inginkan. Secara tradisional, kekuasaan digunakan untuk menentukan hasil. Sedangkan di dalam organisasi, kekuasaan adalah kemampuan untuk memperoleh, menggerakkan dan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.

Sumber dan Bentuk Kekuasaan
Kekuasaan dapat diperoleh karena posisi seseorang (kekuasaan jabatan) dan karena pengaruh pribadi atas orang lain. Di dalam organisasi kedua macam kekuasaan tersebut dapat terjadi. Kekuasaan jabatan bergantung kepada setinggi apakah jabatan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi jabatan, akan semakin tinggi pula kekuasaan yang diperoleh. Meskipun demikian, dalam hal tertentu kekuasaan yang dimilikinya juga dibatasi oleh kekuasaan yang dimiliki orang lain.
Kekuasaan pribadi bergantung kepada sejauh mana orang lain mempercayai, mendukung, menghormati dan terikat kepada pemegang kekuasaan pribadi.
Demikian pula, di dalam organisasi kekuasaan seringkali cenderung berlangsung secara timbal balik antara atasan dan bawahan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya saling membutuhkan di antara mereka. Atasan mempunyai kekuasaan atas bawahan, tetapi sebaliknya bawahan juga dapat mempengaruhi kekuasaan yang dimiliki atasan dengan hasil karya (kinerja) yang ditunjukkan oleh bawahan.
Kekuasaan posisi dan legal rasional dapat disebut sebagai kekuasaan yang terbatas pada lingkup kecil dan mudah untuk diganti. Kekuasaan ini biasanya disebut sebagai wewenang atau authority. Wewenang, adalah kekuasaan jabatan yang memperoleh pengesahan dari orang lain, dalam hal ini atasan dan bawahan. Pengertian tentang wewenang dapat dipandang secara klasik dan juga secara pengakuan.
Secara klasik, wewenang dimiliki oleh atasan dan bawahan berkewajiban mematuhinya. Kondisi ini dapat menimbulkan kekuasaan yang sewenang-wenang. Pandangan pengakuan berdasarkan adanya pengakuan dari seseorang yang dipengaruhi terhadap orang lain yang mempengaruhi mereka. Dengan demikian, dalam lingkup sempit, wewenang yang sah belum tentu memperoleh pengakuan orang lain. Weber menyebut wewenang sebagai wewenang yang legal dan sah. Weber juga membagi wewenang menjadi wewenang kharismatik, rasional, dan tradisional.

komunikasi antar pribadi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Komunikasi selalu digunakan dan mempunyai peran yang penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak dan belajar menggunakan komunikasi. Kegiatan komunikasi dilakukan dalam berbagai macam situasi, yaitu intra pribadi, antarpribadi, kelompok dan massa. Hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yng ada kaitannya dengan masalah hubungan. Atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling menukar pikiran atau pendapat.
Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antarmanusia, baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi tidak mungkin terjadi. Sebagian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam situasi atau tingkatan komunikasi antarpribadi. Secara teoritis, komunikasi antarpribadi oleh Joseph A. Devito (1989) diartikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. sedang bercakap-cakap. Tingkatan komunikasi antarpribadi dapat ditemui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok maupun organisasi.
Komunikasi antarpribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi seorang individu dapat mengenal diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan yang lebih bermakna atau menjalin persahabatan dan mendapatkan jodohnya, membantu menyelesaikan persoalan yang dialami oleh individu yang lain dan dapat mengubah nilai-nilai dan sikap hidup orang lain.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif?
2. Apa saja karteristik komunikasi antarpribadi?
3. Apa saja prinsip-prinsip komunikasi antarpribadi?
4. Apa tujuan komunikasi antarpribadi?
5. Apa saja karkteristik efektifitas komunikasi antarpribadi?

1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif.
2. Untuk mengetahui karteristik komunikasi antarpribadi.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi antarpribadi.
4. Untuk mengetahui tujuan komunikasi antarpribadi.
5. Untuk mengetahui karkteristik efektifitas komunikasi antarpribadi.

1.3.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif.
2. Dapat mengetahui karteristik komunikasi antarpribadi.
3. Dapat mengetahui prinsip-prinsip komunikasi antarpribadi.
4. Dapat mengetahui tujuan komunikasi antarpribadi.
5. Dapat mengetahui karkteristik efektifitas komunikasi antarpribadi.










BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi dari Tiga Perspektif
Joseph A. DeVito dalam bukunya Human Communication (1994) menjelaskan definisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif:
1.    Perspektif Konvensional
Perspektif ini mendefinisikan komunikasi antarpribadi berdasarkan pada unsur-unsur atau komponennya: yaitu merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau lebih dengan berbagai efek dan umpan balik. Komponen atau unsur-unsur yang terdapat pada komunikasi antarpribadi pada prinsipnya sama dengan unsur-unsur dalam komunikasi antar manusia.
1.1    Konteks
Konteks komunikasi memiliki empat dimensi yaitu dimensi fisik, budaya, sosial-psikologi dan temporal. Dimensi fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud. Dimensi budaya berkaitan dengan aturan atau nilai dan norma-norma, kepercayaan dan sikap yang disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sosial-psikologis, meliputi misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung. Empat dimensi konteks ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain.
1.2    Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar).
1.3 Enkoding-Dekoding
Enkoding: Tindakan menghasilkan pesan
Dekoding: Tindakan menerima pesan
1.4    Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989).
1.5    Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita.
1.6    Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan.
1.7    Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya.
1.8    Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan.
Macam    Definisi    Contoh
Fisik    Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain.    Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer.
Psikologis    Interferensi kognitif atau mental.    Prasangka dan bias pada sumber penerima, pikiran yang sempit
Semantik    Pembicaraan dan pendengar  memberi arti yang berlainan.    Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar.

1.9 Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi.
2.    Perspektif Relasional
Komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan jelas di antara mereka.
3.    Perspektif Pengembangan
Komunikasi antarpribadi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari komunkasi yang bersifat impersonal meningkat menjadi komunikasi yang sangat pribadi atau intim. Artinya ada peningkatan hubungan di antara para peserta komunikasi.

2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
    Kathleen K Reardon (1987) memberikan beberapa karakteristik komunikasi antarpribadi yang membedakan dari bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Berikut ini karakteristik komunikasi antarpribadi:
1.    Melibatkan perilaku verbal dan nonverbal.
2.    Melibatkan perilaku spontan, scripted dan contrived.
3.    Tidak bersifat statis.
4.    Melibatkan umpan balik pribadi, interaksi dan koherensi.
5.    Dipandu oleh aturan-aturan yang bersifat intrinsik dan ektrinsik.
6.    Merupakan suatu kegiatan tindakan bersama.
7.    Melibatkan persuasi.

2.3 Prinsip-prinsip Komunikasi Antarpribadi
    Menurut Joseph A. DeVito dalam bukunya Human Comunication (1994) dan Essential of Human Communication (1996) terdapat sembilan prinsip komunikasi, yaitu komunikasi:
1.    Merupakan “kemasan dari tanda-tanda”.
2.    Merupakan proses penyesuaian diri.
3.    Mempunyai dimensi isi dan hubungan.
4.    Dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan komplementer.
5.    Merupakan proses transaksional.
6.    Urutan peristiwa komunikasi dapat dijelaskan.
7.    Tidak dapat dihindari.
8.    Tidak dapat diubah dan diulang.
9.    Mempunyai tujuan tertentu.
2.4 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Ada enam tujuan komunikasi antarpribadi yang dianggap penting untuk dipelajari, yaitu:
1.    Mengenal diri sendiri dan orang lain.
2.    Mengetahui dunia luar.
3.    Menciptakan dan memelihara hubungan.
4.    Mengubah sikap dan perilaku.
5.    Bermain dan mencari hiburan.
6.    Membantu orang lain.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi ini tidak harus dilakukan dengan sadar ataupun dengan suatu maksud, tetapi bisa pula dilakukan dengan tanpa sadar ataupun tanpa maksud tertentu.
2.5 Karakteristik-karakteristik Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
    Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi ini oleh Yoseph De Vito (1986) dalam bukunya The Interpersonal Communication Book dilihat dari dua perspektif, yaitu:
1.    Perspektif humanistik, meliputi sifat-sifat:
a.    Keterbukaan (openness).
b.    Perilaku suportif (supportiveness).
c.    Perilaku positif (positiveness).
d.    Empati (empathy).
e.    Kesamaan (equality).
2.    Perspektif pragmatis, meliputi sifat-sifat:
a.    Bersikap yakin (confidence).
b.    Kebersamaan (immediacy).
c.    Manajemen interaksi (interaction management)
d.    Perilaku ekspresif (expressiveness).
e.    Orientasi pada orang lain (other orientation).
Dua perspektif tersebut saling melengkap satu sama lain. Masing-masing perspektif memberi penjelasan tentang sifat-sifat tersebut dalam upaya meningkatkan komunikasi antarpribadi.
BAB 3. KESIMPULAN

3.1    Kesimpulan
1.    Joseph A. DeVito dalam bukunya Human Communication (1994) menjelaskan definisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif, yaitu perspektif konvensional, perspektif relasional, perspektif pengembangan.
2.    Kathleen K Reardon (1987) memberikan beberapa karakteristik komunikasi antarpribadi yang membedakan dari bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Berikut ini karakteristik komunikasi antarpribadi, yaitu melibatkan perilaku verbal dan nonverbal, perilaku spontan, scripted dan contrived, tidak bersifat statis, melibatkan umpan balik pribadi, interaksi dan koherensi, dipandu oleh aturan-aturan yang bersifat intrinsik dan ektrinsik, merupakan suatu kegiatan tindakan bersama, melibatkan persuasi.
3.    Menurut Joseph A. DeVito dalam bukunya Human Comunication (1994) dan Essential of Human Communication (1996) terdapat sembilan prinsip komunikasi, yaitu komunikasi merupakan “kemasan dari tanda-tanda”, proses penyesuaian diri, dimensi isi dan hubungan, dapat dilihat sebagai hubungan simetris atau hubungan komplementer, proses transaksional, urutan peristiwa komunikasi dapat dijelaskan, tidak dapat dihindari, tidak dapat diubah dan diulang, mempunyai tujuan tertentu.
4.    Ada enam tujuan komunikasi antarpribadi yang dianggap penting untuk dipelajari, yaitu mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan memelihara hubungan, mengubah sikap dan perilaku, bermain dan mencari hiburan, membantu orang lain.
5.    Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antarpribadi ini oleh Yoseph De Vito (1986) dalam bukunya The Interpersonal Communication Book dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif humanistik dan perspektif pragmatis.


DAFTAR PUSTAKA

DeVito, Joseph A. 1994. Human Communication : The Basic Course. New York: Harper Collins Publishers.
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Reardon, Kathleen K. 1987. Interpersonal Communication-Where Minds Meet. Belmont California: Wadsworth Publishing Company.
Widjaja, H. A. W. 2000. Ilmu Komunikasi: Pengantar Studi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hama pada Jamur

1. Serangga
Lalat dan nyamuk merupakan serangga yang banyak terdapat dalam kumbung yang tidak dipelihara dengan baik. Serangga biasanya masuk bersamaan dengan keluar masuknya pekerja, melalui ventilasi, atau melalui lubang-lubang kecil yang tidak terdeteksi. Kondisi yang lembab ditambah dengan aroma substrat/media log sangat disukai serangga-serangga ini yang akhirnya berkembang biak di dalam kumbung. Serangga akan meletakkan telur-telurnya pada media baglog. Setelah menetas, larva-larva yang tumbuh akan memakan miselium dan tubuh buah jamur tiram sehingga batang jamur tiram berlubang-lubang dan pertumbuhan tubuh buah jamur tiram menjadi terganggu (keriput). Setelah memasuki fase dewasa aktif (terbang) Serangga akan berpindah ke media log jamur yang masih sehat dan berkembang biak. Demikian seterusnya sehingga dalam periode tertentu bisa menyebabkan kerusakan yang cukup besar. Selain itu, serangga juga biasa berperan sebagai vektor/pembawa  penyakit/virus yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram. Beberapa jenis serangga yang dapat menularkan hama-penyakit pada kumbung jamur diantaranya
•    Licoriella spp

•    Megaselia spp

•    Lepidocyrtus spp

Pencegahan terhadap serangan – serangga ini dapat dilakukan dengan cara memasang kawat kasa berukuran kecil pada bagian ventilasi dan memasang plastik bening pada bagian luar pintu untuk membiaskan cahaya sehingga serangga cenderung menghindar dan menjauh dari kumbung. Bila upaya ini masih kurang, maka dapat dilakukan upaya pengendalian serangga dengan cara memasang perangkap serangga di dalam kumbung berupa lem yang dioleskan secara merata pada lembaran kertas/plastik berwarna kuning.





2.    Laba-laba
Pathogen: Araneus diadematus
Laba-laba dapat memakan miselium dan tubuh buah jamur tiram. Selain itu, laba-laba juga dapat menyebarkan spora jamur pengganggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan menebarkan serbuk kapur pada permukaan lantai dan dinding kumbung. Jika terdapat sarang laba-laba (biasanya terdapat di sela-sela baglog) maka harus segera dimusnahkan.
3.    Cacing

Pathogen: Lumbricus terrestris
Hama cacing ini biasanya memakan miselium sehingga dapat mengakibatkan jamur tidak tumbuh sama sekali/gagal tumbuh. Hama cacing sangat kecil (±1 mm) dan dapat berkembang biak dengan cepat. Pencegahan hama cacing dapat dilakukan melakukan proses sterilisasi dengan sempurna sehingga telur-telur cacing mati.
4.    Siput

Pathogen:  Achatina pulica
Ruang kumbung yang tidak bersih dan lantai kumbung yang kotor dan becek seringkali mengundang kedatangan siput. Siput akan memakan tubuh buah jamur tiram yang baru tumbuh sehingga pertumbuhan jamur tiram menjadi tidak optimal/rusak. Salah satu cara alami untuk mencegah ataupun mengatasi serangan siput ialah dengan menyemprot lantai kumbung dan rak dengan ekstrak jarak pagar.
5.    Rayap

Rayap #1 Calotermes tectonal
Rayap #2 Reliculitermis flavipes
Mendeteksi kehadiran rayap relatif sulit dilakukan. Biasanya kita baru menyadari kehadiran rayap setelah melihat kerusakan yang ditimbulkannya. Rayap memakan zat yang terkandung di dalam kayu yaitu selulosa. Zat ini juga terdapat dalam media baglog jamur tiram sehingga kemungkinan kerusakan baglog juga cukup besar. Cara sederhana ialah dengan menyemprotkan zat kimia anti rayap. Cara alami yang bisa diupayakan yaitu dengan menggunakan ekstrak sereh yang disemprotkan ke bagian tanah atau bagian kumbung yang terkena serangan.

Penyakit paDA Tumbuhan

Penyakit Mosaik Tembakau (Tobacco mosaic virus)
Karakteristik Penyakit
•     Gejala    : terjadi vein clearing (tulang daun lebih jernih daripada yang normal) pada daun-daun yang masih muda, bentuk daun melengkung, dan tampak adanya bercak-bercak kuning. Pada daun yang lebih tua terlihat adanya bercak-bercak klorotik yang tidak teratur menyerupai gambaran mosaik (belang). Bagian daun yang berwarna hijau, warnanya tampak lebih tua daripada biasanya, dan pertumbuhan daun terhambat.
•     Patogen    : Tobacco mosaic virus (TMV)
•    Ekobiologi    : TMV mudah sekali menular secara mekanik dengan kontak (sentuhan) melalui tangan para pekerja yang melakukan kegiatan budidaya tanaman. Virus dapat bertahan pada tembakau kering, dalam tanah, dan pada tanaman lain selain tembakau (misalnya: pada tomat, terung, cabai, dll.)
•    Pengendalian: Mencegah penyebaran virus di kebun, dengan menetapkan keharusan selalu mencuci tangan dengan larutan disinfektans saat memindah-mindahkan tanaman atau bekerja dengan tanaman (misalnya dengan larutan sabun hijau), menggunakan varietas/kultivar yang tahan(kultivar H877)

Penyakit Lanas pada Tembakau
Karakteristik Penyakit
•     Gejala    :
Pada bibit, daun yang terinfeksi menjadi berwarna hijau kelabu kotor yang pada kelembapan tinggi bibit menjadi busuk. Apabila penyakit meluas, pem-bibitan tampak seperti tersiram air panas. Pada ta-naman yang lebih tua, pembusukan terbatas pada leher akar. Bagian yang busuk berwarna cokelat kehitam-hitaman dan agak berlekuk, yang menye-babkan semua daun menjadi layu mendadak. Pangkal batang tanaman apabila dibelah, empulur tampak mengering dan mengamar. Infeksi pada daun menyebabkan terjadinya lanas bercak dengan bercak warna cokelat kehitam-hitaman agak basah, dan bercak mempunyai lingkaran cincin-cincin warna gelap dan terang
•    Patogen    : Phytophthora nicotianae var.nicotianae
•    Ekobiologi    : Pada kondisi sangat lembap, patogen membentuk sporangium/zoosporangium yang ber-bentuk bulat telur (seperti buah per) dan mempunyai tonjolan (papil). Sporangium dapat membentuk zoo-spora yang mempunyai dua flagela dan dapat bere-nang dalam air. Sporangium dapat juga langsung ber-kecambah membentuk hifa. Zoospora mempunyai da-ya infeksi yang lemah. Penularan lanas terjadi melalui miselium fungi dengan sedikit tanah atau jaringan tembakau sakit. Air mempunyai peran penting dalam membantu pemencaran pathogen
•    Pengendalain penyakit ini dengan cara penanaman varietas yang tahan, Pergiliran tanaman (rotasi), mengurangi kelembapan dan jika diperlukan pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif Benomil atau Mankozeb masing-masing dengan dosis 1 gram dalam 1 liter air.
Penyakit layu Bakteri  padaTembakau                                     
Karakteristik Penyakit
•     Gejala    :
 Pada tanaman dapat terjadi kelayuan sepihak (pada satu daun sering sebagian layu sedangkan belahan lainnya tidak dan ba-gian yang tidak layu dapat berkembang terus sehingga daun tidak simitris). Bagian di antara tulang daun pada daun yang
layu menjadi menguning, mengering, kemudian seluruh daun mati, dan tanaman akan mati. Akar tanaman busuk berwarna coklat, apabila batang dibelah tampak berkas pembuluh men-
jadi coklat, dan bagian pangkal batang yang terinfeksi apabila dipotong dan dipijit akan mengeluarkan lendir warna kuning yang berisi massa bakteri. 
•     Patogen    : Pseudomonas solanacearum (E.F. Smith) Dowson
•    Ekobiologi : Bakteri menginfeksi akar tanaman tembakau lewat luka
Infeksi dapat juga terjadi secara langsung melalui bulu-bulu akar dengan menembus dinding sel, bakteri dapat bertahan di dalam tanah.
•    Pengendalian Penyakit: penggunaan bibit yang sehat. Bibit yang sakit di lapangan dimusnahkan, desinfeksi air siraman.









Penyakit Karat pada Kedelai

Karakteristik Penyakit
•     Gejala       : pada permukaan bawah dan atas daun terjadi bercak dengan pustul-pustul berwarna kuning kecoklat-coklatan seperti karat. Pustul-pustul karat terdapat pula pada tangkai daun dan batang yang masih muda. Pustul-pustul karat tersebut terdiri atas uredium dan urediospora fungi.

•     Patogen    : Phakopsora pachyrhizi
•     Ekobiologi: Patogen membentuk urediospora yang mampu menginfeksi banyak tanaman dari golongan kacang-kacangan. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh cuaca (suhu dan kelembapan). Patogen tidak bertahan dalam biji.
•    Pengendaliannya: Menentukan waktu tanam yang tepat (sebaiknya pada musim kemarau dengan pola tanaman serempak), sanitasi dengan menghilangkan tanaman inang alternative, menggunakan varietas yang tahan (misalnya Mojosari, Petek, No. 29, dll.)








Penyakit Tungro pada Padi

Karakteristik Penyakit
•     Gejala    : terjadi perubahan warna daun, yang bervariasi dari kuning sampai jingga. Perubahan warna biasanya dimulai dari ujung/pucuk daun yang kemudian meluas ke bagian pangkal daun. Jumlah anakan berkurang, tinggi tanaman agak terhambat, dan malai yang dihasilkan menjadi kecil dan steril.

•     Patogen    : Virus tungro
•     Ekobiologi    : virus ditularkan oleh beberapa spesies wereng daun hijau terutama Nephotettix virescens secara semi persisten. Virus tidak ditularkan melalui biji, tanah, dan secara mekanis. Virus dapat bertahan pada tunas dari tunggul-tunggul padi. Tanaman inang selain padi ialah padi liar dan beberapa jenis rumput. Tanaman umur kurang dari 40 hari, lebih rentan.
•    Cara Pengendalian Penyakit Tungro pada Padi: Melaksanakan pola tanam serentak pada areal yang luas, sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan sedini mungkin tanaman yang menunjukkan gejala, rotasi atau gilir varietas tahan yang memiliki dasar gen tahan yang berbeda, aplikasi/penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor serangga, apabila populasi cukup tinggi .

LANAS PADA TEMBAKAU SERTA PENANGGULANGANNYA

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Permasalahan dan Identifikasi Masalah

1.1.1 Latar Belakang Permasalahan
Tembakau adalah komoditi yang cukup banyak dibudidayakan petani karena aspek jualnya yang relative tinggi. Tembakau merupakan tanaman semusim, tetapi di dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak termasuk golongan tanaman pangan. Tembakau (daunnya) digunakan sebagai bahan pembuatan rokok. Spesies yang sering dibudidayakan adalah Nicotiana tobacum dan Nicotiana rustika. Nicotiana tobacum, daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, habitusnya piramidal, daunnya berbentuk lonjong dan pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, tingginya 1,2 m. Nicotiana rustika, daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit bergelombang, habitusnya silindris, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul, kedudukan daun pada batang agak terkulai.Tembakau tumbuh pada daerah dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, suhu optimalnya antara 21-32o C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl. Dalam budidayanya, tembakau memiliki beberapa masalah yang serius terkait dengan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga tidak jarang mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Salah satu masalah paling serius yang dapat menyebabkan kegagalan sektor perkebunan tembakau adalah penyakit lanas tembakau.
Penyakit lanas merupakan penyakit polyciclik dimana sporangia (struktur penghasil spora berbentuk kantong berongga) yang baru beserta chlamydiospora-nya ( spora tahanan berdinding tebal aseksual yang dihasilkan dari suatu sel hypha jamur) akan berkembang pada akar dalam waktu tidak kurang dari 48 jam. Penyakit ini tidak hanya menyerang tanaman pada stadium dewasa tetapi juga menyerang tanaman-tanaman yang masih berada pada stadium muda atau dalam masa pembibitan.

1.1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa penyebab penyakit lanas tembakau?
2. Apa saja gejala penyakit lanas tembakau?
3. Apa saja strategi perlindungan budidaya tembakau dari penyakit lanas tembakau.

1.2 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui penyebab penyakit lanas tembakau
2. Untuk mengetahui gejala penyakit lanas tembakau
3. Untuk mengetahui strategi perlindungan budidaya tembakau dari lanas tembakau.

















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tembakau (Nicotina tabacum L.) tidak diketahui dalam keadaan liar dan dianggap sebagai keturunan (N. sylvestris Speg. Et Comes dan N. othophora Grisebach) yang berasal dari Argentina barat laut (Purseglove, 1968). Dalam budidayanya, tembakau memiliki beberapa masalah yang serius terkait dengan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga tidak jarang mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Salah satu masalah paling serius yang dapat menyebabkan kegagalan sektor perkebunan tembakau adalah penyakit lanas tembakau.
Di Indonesia diantara penyakit-penyakit jamur tembakau, penyakit lanas yang disebabkan oleh jamur Phytophthora nicotianae vBdH var. nicotinae Waterhouse adalah penyakit yang paling berbahaya (Hartana, 1978). Lanas merupakan penyakit tembakau yang penting dikebanyakan pusat tembakau di Indonesia, misalnya  di Klaten, Besuki, Bojonegoro, dan Lumajang. Bahkan di Bojonegoro kerugian dapat mencapai 50% (Abdullah et al., 1973).
Lanas disebabkan oleh jamur Phytophthora Nicotiane. Jika terjangkit penyakit ini tanaman terkulai meskipun warna tanaman masih hijau. Dan ketika dicabut pangkal batang terlihat coklat meskipun tampak sehat. Terkadang jamur tersebut menyerang daun, selain juga bisa menyerang batang. Penyakit ini sudah bisa menyerang tembakau pada saat pembibitan. Jika kelembaban sangat tinggi, penyakit ini berkembang sangat cepat dan bibit tembakau bisa segera cepat busuk. Jamur ini bersifat fukultatif saprofitik, artinya penyakit ini dapat hidup pada sisa  tanaman dan dapat bertahan hingga lima tahun.  Penyakit ini berkembang pada daerah suhu tanahnya beriklim antara 20-30 derajat celcius (Abdullah, Ajib. 2011).
Lanas kurang merugikan tembakau rajangan. Diduga tembakau rajangan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi daripada tembakau cerutu dan tembakau Virginia (Thung, 1938b).


BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Penyebab Penyakit Lanas Tembakau
Lanas disebabkan oleh jamur Phytophthora nicotianae vBdH var. nicotinae Waterhouse. Jamur ini bersifat fukultatif saprofitik, artinya penyakit ini dapat hidup pada sisa  tanaman dan dapat bertahan hingga lima tahun.  Penyakit ini berkembang pada daerah suhu tanahnya beriklim antara 20-30 derajat celcius.   Penyakit Lanas ini muncul karena kondisi pengolahan tembakau yang kurang tepat. Penyakit dapat terjadi pada berbagai fase pertumbuhan, mulai dari pembibitan sampai tanaman di lapangan. Jamur ini merupakan pathogen tular tanah (soil born disease) dan sulit dikendalikan apabila keadaannya berada didalam tanah. Jamur mempunyai hifa yang tidak berwarna dan bersekat, menjalar didalam jaringan tanaman sakit. Jika jaringan ini terendam air atau berada diruangan yang sangat lembab, jamur akan membentuk banyak sporangium yang berbentuk seperti buah per yang mempunyai sebuah papil (tonjolan) yang jelas. Sporangium dapat berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk spora kembara (zoospora) yang keluar satu per satu dari dalam sporangium.

3.2 Gejala Penyakit Lanas Tembakau
Gejala yang tampak pada tanaman tembakau yang terserang lanas adalah:
1. Diawali dengan adanya warna daun hijau kelabu kotor pada daun.
2. Pada cuaca dingin dengan tingkat kelembaban udara cukup tinggi, penyakit ini berkembang dengan sangat cepat dan menyebabkan kebusukan pada bibit.
3. Akar dan batangnya sebagian besar berwarna hitam pekat dan mengeluarkan cairan bening
4. Pada tanaman dewasa terdapat pembusukan pada leher akar.
5. Daun menjadi layu dengan sangat cepat atau mendadak.
6. Jika batangnya dibelah, empulur tampak mengering dan empulur berkamar-kamar (mengamar).


3.3 Strategi Perlindungan Budidaya Tembakau dari Lanas Tembakau.
Cara pencegahannya adalah Melakukan sanitasi misalnya pembersihan secara rutin termasuk mencabuti dan membakar semua tanaman yang terserang akan memperkecil resiko semakin luasnya penyebaran patogen. Sebaiknya tanaman yang terserang tersebut tidak dibuang pada parit/selokan karena air dapat menjadi media penularan penyakit. Memperbaiki drainase dan rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan. Misalnya, tembakau Virginia, Coker 319 dan Dixie Bright 101 yang cukup tahan terhadap lanas..
 Pengaturan kondisi lingkungan juga termasuk dalam strategi perlindungan tanaman tembakau dari lanas. Sebaiknya bibit ditanam tidak terlalu rapat dan diupayakan agar kelembaban udara di dalam naungan tidak terlalu tinggi. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat akan menyebabkan sirkulasi udara kurang baik, kelembaban udara menjadi tinggi dan akan menjadi penyebab timbulnya segala macam penyakit. Di areal pertanaman tembakau, upayakan areal tidak terlalu lembab atau basah serta hindari mengalirnya air dari petakan tanaman yang sakit/terserang.















BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Lanas disebabkan oleh jamur Phytophthora nicotianae vBdH var. nicotinae Waterhouse.
2. Gejala yang tampak pada tanaman tembakau yang terserang lanas adalah adanya warna daun hijau kelabu kotor pada daun, pada cuaca dingin menyebabkan penyakit ini berkembang dengan sangat cepat dan menyebabkan kebusukan pada bibit, akar dan batangnya sebagian besar berwarna hitam pekat dan mengeluarkan cairan bening, pada tanaman dewasa terdapat pembusukan pada leher akar, daun menjadi layu dengan sangat cepat atau mendadak, dan jika batangnya dibelah, empulur tampak mengering dan empulur berkamar-kamar (mengamar).
3. Cara pencegahannya adalah melakukan sanitasi misalnya pembersihan secara rutin termasuk mencabuti dan membakar semua tanaman yang terserang akan memperkecil resiko semakin luasnya penyebaran patogen. Sebaiknya tanaman yang terserang tersebut tidak dibuang pada parit/selokan karena air dapat menjadi media penularan penyakit. Memperbaiki drainase dan rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan, bibit ditanam tidak terlalu rapat dan diupayakan agar kelembaban udara di dalam naungan tidak terlalu tinggi, di areal pertanaman tembakau, upayakan areal tidak terlalu lembab atau basah serta hindari mengalirnya air dari petakan tanaman yang sakit/terserang.

4.2 Saran
1. Petani sebaiknya menanam tanaman tembakau pada musim kemarau agar kelembapan tanah bisa dijaga.
2. Petani sebaiknya mengatur pola tanam, memperbaiki drainase dan irigasi agar kelembapan tanah bisa dijaga.
3. Penggunaan varietas yang tahan lanas.


BAB 5. DAFTAR PUSTAKA

Semangun, Haryono.1999. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press: Jogjakarta
Haikal. 2011. Strategi Perlindungan Tanaman Tembakau dari Penyakit Lanas Tembakau oleh Phytophtora Nicotinae var Bradee de Haan. http://haikalfaperta.blogspot.com/2011/06/strategi-perlindungan-tanaman-tembakau.html [online]. (diakses pada tanggal 21 Mei 2011)
Anonim. 2011. Tembakau Pamekasan Diserang Lanas. http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=ad7f4ec8b4b180bf14ed48c9cc0da9f7&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc. [online]. (diakses pada tanggal 21 Mei 2011)

aneka macam gulma

1.    Ceplukan

Nama  Latin: P. angulata L.
Ekologi: Umumnya tumbuh liar, ceplukan biasa didapati bercampur dengan herba dan semak lainnya di kebun, tegalan, sawah yang mengering, tepi jalan, tepi hutan dan bagian-bagian hutan yang terbuka disinari terik matahari.

2.    Bandotan

Nama Latin: Ageratum conyzoides
Ekologi: Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkan ke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia.
Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan.
Di luar Indonesia, bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat
3.    Putri malu

Nama Latin : Mimosa pudica
Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula.
Tumbuhan ini memiliki banyak sekali nama lain sesuai sifatnya tersebut, seperti makahiya (Filipina, berarti "malu"), mori vivi (Hindia Barat), nidikumba (Sinhala, berarti "tidur"), mate-loi (Tonga, berarti "pura-pura mati") . Namanya dalam bahasa Cina berarti "rumput pemalu". Kata pudica sendiri dalam bahasa Latin berarti "malu" atau "menciut".
4.    Alang-alang

Nama Latin :Imperata cylindrical
Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur. Berlawanan dengan anggapan umum, alang-alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatu-batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembab atau kering. Di tanah-tanah yang becek atau terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alang-alang pun tak mau tumbuh. Gulma ini dengan segera menguasai lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering, tepi jalan dan lain-lain. Di tempat-tempat semacam itu alang-alang dapat tumbuh dominan dan menutupi areal yang luas
5.    Eceng gondok
Nama Latin: Eichhornia crassipes
Ekologi: Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
TEKNIK PENGENDALIAN GULMA SECARA TERPADU
Pada dasarnya teknik pengendalian gulma hampir sama dengan apa yang saya sampaikan diatas. Tetapi itu tergantung pada tempa/areal tanam, jenis dan jumlah gulma. Namun, di bawah ini saya tuliskan salah satu contoh metode pengendalian gulma dengan mengkombinasikan berbagai cara pengendalian gulma.
Teknik Pengendalian Gulma Secara Terpadu dapat dilakukan sebagai berikut:
1.    Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa. Sekitar 2-3 minggu gulma yang sedang tumbuh aktif disemprot dengan herbisida sistemik, seperti glifosat dengan takaran 4-6 liter per hektar. Setelah 2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi dalam barisan. Upaya penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca-tumbuh, seperti 2,4-D amina dengan takaran 1,5 liter per hektar yang diaplikasikan pada umur 2-3 minggu setelah tanam padi.
2.    Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah. Selanjutnya dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh, seperti Oxadiazon dengan takaran 2 liter per hektar. Penyiangan dilakukan secara manual satu kali pada umur 35 hari setelah tanam padi.
Penyemprot Punggung
Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat penyemprot punggung. Alat ini terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu.
Nosel
Nosel yang tepat untuk aplikasi herbisida adalah nosel polijet yang memenuhi pola semprot berbentuk kipas. Nosel tersebut di bagi atas 4 macam warna, yaitu merah, biru, hijau, dan kuning yang masing-masing menghasilkan lebar semprot optimum yang berbeda, sehingga pemakaiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Jangan menggunakan nosel kembang dan nosel kerucut karena tidak memberikan hasil semprotan yang baik.
Warna nosel    Lebar Semprotan (m)    Kesesuaian Penggunaan dalam Penyemprotan
Merah
Biru
Hijau
Kuning     2,0
1,5
1,0
0,5     Seluruh areal (total)
Pada barisan tanaman
Pada barisan tanaman
Pada barisan tanaman dan setempat


Kalibrasi alat semprot (sprayer)
Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah:
- Menghindari pemborosan herbisida
- Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan Herbisida
- Memperkecil pencemaran lingkungan.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan kalibrasi:
•    Siapkan alat semprot yang baik dengan jenis nosel yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya nosel polijet warna biru lebar semprotnya 1,5 m.
•    Isi tangki alat semprot dengan air bersih sebanyak 2,5 liter.
•    Pompa tangki sebanyak 10-12 kali hingga tekanan udara di dalam tangki cukup penuh.
•    Lakukan penyemprotan pada areal yang akan disemprot dengan kecepatan dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter tersebut habis.
•    Ukur panjang areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter air tersebut.
•    Lakukan penyemprotan sebanyak 3 kali dan hitung panjang serta luas areal yang dapat disernprot seperti contoh berikut.
Panjang dan luasan areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter menggunakan nosel polijet warna biru.
Ulangan    Panjang (m)    Luas (m2)
I
II
III    33
33
34    49.5
49.5
51
Rata-rata    33.3    50
Bila luas areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2 ), maka
banyaknya air yang dibutuhkan adalah:
Volume air = 10.000 m2 x 2,5 liter air
1,5 m x 33,3m
= 10.000 m2 x 2 5 liter air
50 M2
= 500 liter/ha.
Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pencampur adalah:
Volume herbisida = 15 liter x 3000 ml
500 liter
= 90 ml herbisida /15 liter air
Cara penggunaan herbisida
Herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar sesuai
petunjuk, yaitu:
- Merata ke seluruh areal sasaran
- Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas
Penggunaan herbisida dengan memakai bahan pelarut air

Penyemprotan
- Campurkan herbisida dan air dengan Takaran yang benar
- Aduk hingga tercampur rata
- Semprotkan secara menyeluruh ke seluruh areal pertanaman
Khusus untuk herbisida pra-tumbuh atau pasca tumbuh pada padi sawah, air harus dalam keadaan macak-macak yang dipertahankan selama 4 hari setelah
penyemprotan.
Pengusapan
Pada gulma yang tumbuh jarang tapi berbahaya, cukup dengan mencelupkan sepotong kain pada larutan herbisida lalu dieluskan sampai membasahi gulma tersebut.
Penggunaan herbisida tanpa bahan pelarut
Bentuk cair yang siap untuk digunakan:
- Tidak memerlukan alat semprot
- Petakan sawah harus dalam keadaan tergenang 2-5 cm
- Percikkan herbisida ke kiri dan ke kanan
- Percikan herbisida yang jatuh ke air akan cepat menyebar membentuk lapisan tipis di dasar air
- Pertahankan genangan air selama 4 hari.
Bentuk butiran
- Dapat digunakan pada padi sawah
- Sawah harus dalam keadaan tergenang setinggi 2-5 cm selama 4 hari
- Cara penggunaannya ditebar merata ke seluruh petakan sawah
- Dapat membunuh biji gulma akan tumbuh/ berkecambah

praktikum Manajemen Agribisnis Jagung di Desa Sidomukti Kabupaten Mayang

BAB I. PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian penduduknya berprofesi sebagai petani, sehingga Indonesia dapat dikatakan sebagai negara agraris. Indonesia sangat berpotensi dalam pengembangan dan pembangunan di bidang pertanian. Hal ini dikarenakan sebagian penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Selain itu faktor lain yang mendukung Indonesia dapat mengembangkan dan membangun pertanian adalah kondisi tanah yang sesuai untuk berbagai komoditas pertanian. Pertanian merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses pertumbuhan dari tumbuh–tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit dinamakan pertanian rakyat sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti sempit, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas yaitu, proses produksi, petani atau pengusaha, tanah tempat usaha, dan usaha pertanian (farm business). Pertanian dapat diberikan dalam arti terbatas dan arti luas. Pertanian dalam arti sempit adalah pengelolaan tanaman dan lingkungannya agar memberikan suatu produk.  Pertanian dalam arti luas adalah pengolahan tanaman, ternak, dan ikan agar memberikan suatu produk. Pertanian yang baik ialah pertanian yang dapat memberikan produk jauh lebih baik daripada apabila tanaman, ternak atau ikan tersebut dibiarkan hidup secara alami (Soetriono, 2006).
Kegiatan pertanian merupakan kegiatan yang saling berkaitan mulai dari penyediaan dan penyaluran sarana produksi sampai pembinaan. Serangkaian kegiatan tersebut membentuk suatu subsistem. Subsistem tersebut meliputi subsistem penyediaan dan penyaluran sarana produksi, subsistem budidaya dan usaha tani, subsistem pengolahan hasil dan agriindustri, subsistem pemasaran hasil pertanian, subsistem sarana dan prasarana, serta subsistem pembinaan. Subsistem-subsistem ini  saling berkaitan, dan jika salah satu subsistem terdapat terdapat gangguan akan berpengaruh pada subsistem lainnya (Firdaus, 2007).    

Subsistem penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengadaan, dan penyaluran sarana                  produksi untuk memungkinkan terlaksananya penerapan teknologi usahatani dan pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal. Kegiatan yang ditangani mencakup pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka peningkatan produksi pertanian, baik usahatani rakyat maupun usahatani berskala besar. Termasuk dalam kegiatan subsistem ini adalah perencanaan mengenai lokasi, komoditas, teknologi, pola usahatani, dan skala usahanya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal.  Subsistem pengolahan hasil atau agroindustri mencakup aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, serta mencakup keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pascapanen komoditi pertanian yang dihasilkan sampai pada tingkat pengolahan lanjut, selama bentuk, susunan, dan cita rasa komoditi tersebut tidak berubah. Sementara itu, subsistem pemasaran hasil mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran hasil-hasil usahatani ataupun hasil olahannya, baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, kondisi sumber daya, lingkungan, dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan perkembangan sistem agribisnis tersebut (Soetriono, 2006).
Saat ini konsep pertanian sudah mengarah pada pencapaian produk yang menghasilkan nilai profit. Lain dengan konsep dahulu yang masih mangarah pada product driven agriculture. Perubahan konsep tersebut dikarenakan perkembangan zaman yang mengharuskan para petani untuk mencapai produksi dengan memberikan nilai tambah sebagai pemenuhan kebutuhan dan permintaan dari konsumen. Sehingga dapat ditarik garis lurus bahwa petani tidak harus berhenti pada usaha tani saja. Namun berusaha untuk dapat memberikan nilai tambah pada hasil produksinya.
Memberikan nilai tambah yang maksimal pada hasil produksi akan memberikan dampak positif bagi petani. Dampak positif tersebut adalah petani dapat memperoleh nilai tambah dalam hal penambahan penghasilan dari hasil produksinya. Disamping itu, pemberian nilai tambah pada hasil produksi usaha tani akan memenuhi perminataan para konsumen. Dengan demikian seperti halnya pembahasan sebelmumnya, pemberian nilai tambah dapat terjadi saat  proses usaha tani seperti menghasilkan produksi unggul atau dengan proses produksi usaha tani dengan cara organik. Selain itu, dengan cara petani menghasilkan produksi usaha tani dan memprosesnya lebih lanjut. Dengan demikian sektor industri berpengaruh pada pemberian nilai tambah.
    Peranan sektor industri dalam kegiatan pembangunan khusunya pertanian semakin penting. Pemerintah terus berupaya menyeimbangkan peranan sektor industri terhadap sektor pertanian, untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dimana terdapat kemampuan industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Berdasarkan hal itu, maka industri yang mengolah hasil-hasil pertanian di Indonesia memegang peranan yang strategis.
    Bagi sektor industri menghasilkan kebutuhan pokok rakyat yang mendukung sektor pertanian dalam mengolah sumber daya alam yang tersedia. Tampak bahwa peranan pertanian masih dominan dan semakin nyata, bahwa sektor perekonomian di pengaruhi sektor pertanian. Walaupun jumlah usaha tani pada saat sekarang ini arealnya semakin berkurang, namun penting untuk di pertahankan dan meningkatkan produksi dengan cara mengubah bahan baku pertanian menjadi produk olahan agar komoditas pertanian mempunyai nilai yang tinggi.
    Kecamatan Mayang Kabupaten Jember merupakan salah satu penghasil bahan pangan komoditas jagung. Sehingga memungkinkan untuk mengembangkan agroindustri yang berbasis bahan baku tanaman jagung. Oleh karena itu, dalam penulisan laporan ini, bertujuan untuk mengetahui subsistem apa saja yang ada dalam agroindustri jagung, menganalisis proses kerja usaha tani komoditas jagung di Kecamatan Mayang.

1.2 Rumusan masalah
1.    Bagaimana sistem agribisnis yang ada dalam agroindustri jagung di Kecamatan Mayang?
2.    Bagaimana analisis usaha tani komoditas jagung di Kecamatan Mayang?


1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1.    Mengetahui sistem agribisnis dalam agroindustri jagung.
2.    Mengetahui analisis usaha tani agroindustri jagung.

1.3.2 Manfaat
1.    Bagi petani dapat mengetahui sekaligus menambah wawasan tentang pengaruh subsistem dalam sistem agribisnis, dalam hal agroindustri jagung.
2.    Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai acuan pengambilan kebijakan untuk mengembangkan subsistem dalam sistem agribisnis, dalam hal agroindustri jagung.
3.    Bagi peneliti dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya.



















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

1.    Tinjauan Pustaka
2.1.1 Komoditas Jagung
    Menurut Warisno (2008), tanaman jagung (Zea mays L) dalam tatanama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan  dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom     : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Devisio     : Spermatophyte (tumbuhan berbiji)
Subdivision     : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis     : Monocotyledoni (berkeping satu)
Ordo     : Graminae (rumput-rumputan)
Familia     : Graminaceae
Genus     : Zea
Species     : Zea mays L
    Jagung dapat dibudidayakan di daerah yang memiliki iklim tropis. Di Indonesia jagung dapat dibudidayakan hampir diseluruh wilayah Indonesia.
        Morfologi tanaman jagung:
1.    Akar
Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berawal dari biji jagung lalu berubah menjadi kecambah. Yang pertama kali keluar adalah radicle (akar kecambah), kemudian coleoptile (calon batang). Akar tanaman jagung tumbuh pada umur 4 minggu (1 bulan) dan dapat mencapai kedalaman 45 cm. Fungsi akar adalah memperkuat berdirinya batang tanaman jagung dan menambah organ penghisap air dan garam-garam tanah.
2.    Batang
Batang tanaman jagung bulat silindris dan tidak berlubang seperti halnya  batang tanaman padi, tetapi padat dan berisi berkas-berkas pembuluh sehingga makin memperkuat berdirinya batang. Batang tanaman jagung yang masih muda (hijau) rasanya manis karena cukup banyak mengandung zat gula. Batang tanaman jagung beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas. Jumlah ruas tersebut tergantung pada varietas jagung yang ditanam dan umur tanaman. Pada umumnya nodia (buku) tiap tanaman jagung jumlahnya berkisar 8-48 buku. Demikian juga tunggi tanaman bervariasi, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam dan kesuburan tanahmya.
3.    Daun
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Tulang daun berada di tengah daun dengan bentuk lurus mengikuti bentuk daunnya. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi sebagai pembungkus batang tanaman jagung. Daun-daun jagung tersebut mempunyai telinga daun yang terletak di pangkal daun. Fungsi daun yaitu sebagai tempat terjadinya pemrosesan makanan tanaman (asimilasi), mengatur kelebihan air dan sekaligus menstabilkan suhu yang dibutuhkan oleh tanaman, dan dengan bantuan sinar matahari daun yang mengandung klorofil melakukan fotosintesis.
4.    Bunga
Bunga jantan dan bunga betina pada tanaman jagung letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada mulai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pad tongkol jagung.
5.    Buah (biji)
Setelah terjadi pembuahan terjadilah perkembangan biji. Biji jagung yang digunakan sebagai benih berada pada tengah saja. Pada pagian tepi tidak baik digunakan untuk benih, melainkan untuk konsumsi.


2.1.2 Sistem Agribisnis
    Menurut Soetriono (2002), subsistem-subsistem agribisnis yang memiliki pengaruh pada agroinustri jagung yaitu :
1)    Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi, Teknologi, dan Pengembangan Sumberdaya Manusia,
2)    Subsistem Budidaya dan Usahatani,
3)    Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian dan Agriindustri,
4)    Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian.
1.    Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi, Teknologi, dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Subsistem ini mencakup semua kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengadaan, dan penyaluran sarana produksi untuk memungkinkan terlaksananya penerapan teknologi usaha tani dan sumber daya pertanian yang optimal. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini :
1)    Penyediaan sarana produksi (bibit atau benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian)
2)    Informasi pertanian
3)    Berbagai alternatif teknologi baru yang kompatibel
4)    Pengerahan dan pengelolaan tenaga keja dan sumber lainnya seara optimal
2.    Subsistem Budidaya dan Usaha Tani
Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usaha tani rakyat maupun usaha tani skala besar. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini yaitu:
1)    Perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi
2)    Pola usaha tani
3)    Serta skala usahanya untuk mencapai produksi yang optimal
3.    Subsistem Pengolahan Hasil Pertanian dan Agroindustri
Subsistem ini mencakup aktifitas pengolahan sederhana ditingkat petani dan keseluruhan kegiatan, mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambahi nilai tambah (added value) dari produksi primer. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini :
1)    Proses pengupasan, penbersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, dan pengeringan
2)    Peningkatan mutu dan pengepakan/pengemasan hasil
4.    Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian
Subsistem ini mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran hasil usaha tani dan agriindustri baik pasar domestik maupun pasar luar negeri atau ekspor.. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini :
1)    Pengenbangan dan pemantauan informasi pasar (Market Information)
2)    Market development
3)    Market promotion
4)    Market intelegence
Sejalan dengan pengertian tersebut  amirin mengedepankan konsep “perusahaan dan sistem agribisnis”, yakni subsistem agribisnis hulu (perusahaan pengadaan dan penyaluran sarana produksi), subsistem agribisnis tengah (perusahaan usahatani), subsistem agribisnis hilir (perusahaan pengolahan hasil atau agroindustri dan perusahaan pemasaran hasil, serta subsistem jasa penunjang yakni : lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan dan pelayanan informasi agribisnis, penelitian kaji terap, kebijakan pemerintah, dan asuransi agribisnis, dan lainya). Masing-masing perusahaan tersebut merupakan “perusahaan agribisnis” yang harus dapat bekerja secara efisien, selanjutnya semua perusahaan agribisnis tersebut harus melakukan hubungan kebersamaan dan saling ketergantungan dalam suatu sistem untuk lebih meningkatkan efisiensi usaha dan mencapai tujuan agribisnis.
    Demikianlah sistem agribisnis merupakan suatu rangkaian aktifitas yang saling berkaitan, yang keberhasilan pengembangannya akan sangat ditentukan oleh tingkat kehandalan dari setiap komponen yang menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan ulur dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi, perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh subsstem dalam sistem agribisnis beserta lingkungan yang mempengaruhinya. Selain itu, kondisi sumber daya lingkungan dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan perkembangan sistem agribisnis tersebut. Oleh karena itu sumber daya lingkungan dan prasarana tersebut perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menunjang terlaksananya berbagai aktifitas daam setiap subsistem secara memadai.
2.1.3    Angka Gini
Menurut Anonim (2010), angka yang menunjukkan nilai distribusi penguasaan tanah dalam masyarakt yang nilainya berkisar antara nol sampai dengan satu. Makin mendekati nol berarti distribusi pengusaaan tanah makin baik (makin merata) dan sejbaliknya apabila mendekati satu berarti makin tidak baik atau makin timpang.
Langkah-langkah perhitungan angka gini:
1.    Merangking pengusaan tanah mulai dari luas tanah tersempit sampai dengan terluas atau sebaliknya.
2.    Mengelompokkan luas tanah menjadi lima kelompok atau sepuluh kelompok atau kelas
3.    Menghitung presentase pengkelompokkan tersebut secara parsial dan komulatif
4.    Menghitung angka gini dengan formulasi yang ditentukan.
Rumus: 
 AG = 1-n∑i=1  Pi (Q I +  Q =1)
                10.000
AG        : Angka Gini
Pi        : Presentase penguasaan luas tanah pada kelas ke-i
Qi        : Presentase komulatif luas tanah sampai dengan kelas ke-i
Qi-1        : Presentase luas tanah sampai dengan kelas ke i-1
N        : Jumlah kelompok / kelas
10.000        : Bilangan konstanta
2.1.4 Teori Efisiensi
Menurut Sunarsih (2010), pengertian efisiensi secara umum diartikan sebagai pencapaian tujuan maksimum per unit factor produksi yang minimum. Terdapat tiga macam efisiensi yaitu : efisiensi teknis jika petani mencapai produksi yang maksimum dengan input minimum. Efisiensi harga adalah apabila harga factor produksi rendah, akan tetapi dapat dijual dengan harga tinggi. Sedangkan efisiensi ekonomis tercapai apabila petani mencapai nilai efisiensi teknis dan efisiensi harga.
Dalam analisis efisiensi terdapat du jenis angka patokan yang biasa dipakai, yaitu Ratio B/C dan Ratio R/C. Benefit Cost Ratio (B/C) ialah hubungan antara biaya dan nilai tambahan hasil yang digunakan untuk menguji keuntungan ekonomis teknologi baru. Syarat untuk B/C adalah teknologi yang digunakan harus berbeda, luas lahan yang digunakan sama, komoditas yang ditanam sama. R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya.
Rumus R/C Ratio:
    R/C = ∑ Y.Py
        FC+VC
Y    : Output
Py    : Harga Output
FC    : Biaya tetap
VC    : Biaya variabel
Rumus B/C Ratio
    B/C = ∑ Yi.Pyi
        ∑ Xi.Pxi
Y    : Output
Py    : Harga output
X    : Input per satuan fisik
Px    : Harga salah satu satuan input
Keterangan:
B/C = 1 artinya usaha baru tidak berbeda dengan cara lama.
B/C < 1 artinya teknologi baru tidak menguntungakan (rugi) dibandingkan dengan teknologi lama.
B/C > 1 artinya usaha cara baru lebih menguntungkan dari cara lama.
2.1.5     Teori BEP
Menurut Dionysia (2010), Break event point/BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual pada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan atau profit.
Rumus analisis break event point:
•    BEP = total Fixed Cost
Keterangan : fixed cost = biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.
•    Variable cost = biaya  variable yang nilainya tergantung pada banyak sedikitnya jumlah barang yang diproduksi.
Perhitungan BEP dengan menggunakan rumus dasar:
    BEP =     __FC__
                   P -VC
P  = harga jual per unit
V  = Biaya var per unit
FC= Biaya tetap
2.1.6    Teori Pendapatan
Pendapatan yang sebesar-besarnya adalah sasaran akhir seseorang pengelolah agroindustri peningkatan pendapatan tersebut mempunyai berbagai tujuan (individu pengolah agriindustri dan keluarga, pemerintah, dan Negara) akan dapat tercapai.
Tujuan dari analisa pendapatan adalah :
1.    Mengetahui berhaqsil tidaknya suatu agroindustri
2.    Meramalkan perencanaan agroindustri yang akan datang.
Penerimaan adalah total produksi dikalikan harga per satuan produksi sedangkan pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya atau disingkat dengan TR-TC = Pendapatan (Anonim, 2010).






2.2    Hipotesis
1.    Sistem agribisnis yang ada pada agroindustri jagung Kecamatan Mayang antara lain subsistem usaha tani, subsistem agroindustri, dan subsistem pemasaran. Untuk subsistem pra usaha tani hanya menyediakan bahan baku untuk proses usaha tani, yang mana pada Kecamatan Mayang menyediakan bahan baku yang telah jadi (bukan proses pembuatan).
2.    Mengingat dari latar belakang di atas, Indonesia pada saat ini sudah mengalami peningkatan dalam hal produksi bahan pangan. Sehingga dapat dianalisis pada usaha tani komoditas jagung di Kecamatan Mayang efisien.



III. GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANG 

3.1 Keadaan Geografis
3.1.1 Batas Wilayah
Desa Sidomukti adalah salah satu desa di Kecamatan Mayang. Desa Sidomukti memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
 Sebelah Utara        : Desa Sumber Kejayan, Kecamatan Mayang
 Sebelah Selatan    : Desa Hutan Jati Seputih, Kecamatan Mayang
 Sebelah Barat    : Desa Silo, Kecamatan Silo
 Sebelah Timur    : Desa Tegal Waru, Kecamatan Mayang
Desa Sidomukti Kecamatan Mayang merupakan salah satu daerah penghasil jagung di Kabupaten Jember. Jarak Desa Sidomukti dari pusat kota adalah sekitar 17 kilometer. Lokasi lahan pertanian jagung berada di puncak-puncak bukit sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai lahan-lahan tersebut.

3.1.2 Iklim dan Curah Hujan
Desa Sidomukti Kecamatan Mayang memiliki iklim tropis, dengan curah hujan yang stabil sepanjang tahun. Kondisi iklim yang seperti ini dapat dikatakan mendukung pertanian jagung, khususnya di Desa Sidomukti. Selain itu ketinggian tempat dari permukaan laut juga cukup tinggi.
Tabel 1. Iklim dan Curah Hujan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Uraian    Keterangan    
1    Curah Hujan    33 mm/th
2    Tinggi tempat dari permukaan laut    23 meter
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
 Berdasarkan tabel 1 di atas, Curah hujan di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang tergolong tinggi yaitu sekitar 33 mm/th dan ketinggian tempat dari permukaan laut 23 meter, maka komoditas pangan seperti padi dan jagung dapat tumbuh subur. Selain itu, dengan iklim dan curah hujan yang sedemikian rupa, Desa Sidomukti dapat menjadi penghasil tanaman pangan yang sangat produktif. Ada tiga macam daerah berdasarkan curah hujan diantaranya:  a) Daerah basah, yaitu daerah yang memiliki bulan basah ( hujan ) 9 bulan atau tanpa adanya bulan-bulan kering. b) Daerah setengah basah, yaitu daerah yang memiliki bulan basah minimal 6 bulan dan bulan kering maksimal 4 bulan. c) Daerah kering, yaitu  daerah yang memiliki bulan kering kurang lebih 8 bulan. Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah adalah daerah dataran rendah. Curah hujannya mencapai 33 mm/th. Bulan hujan di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang termasuk kategori sedang sehingga termasuk daerah setengah basah.

3.1.3 Topografi dan Kesuburan Tanah
    Daerah Desa Sidomukti merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian lahan petanian jagung sekutar 230 m dari prmukaan laut. Namun komoditas Jagung yang biasanya dapat tumnuh subur di dataran rendah juga dapat tumbuh degan subur di tempat dengan ketinggian seperti di Desa Sidomukti ini.
Tabel 2. Topografi Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Penggunaan    Luas (Ha)   
1    Sawah Irigasi    600,00
2    Ladang atau Tegalan    17,50
3    Perkebunan Rakyat    -
4    Hutan Lindung    -
Jumlah     617,50
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar lahan pertanian yang ada di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang merupakan sawah irigasi, luas lahan yang merupakan sawah irigasi adalah sebesar 600 Ha. Desa Sidomukti juga memiliki ladang atau tegalan yang dimanfaatkan oleh warga desa ini untuk meningkatkan produksi pertanian Jagung. Luas ladang atau tegalan yang ada di Desa Sidomukti adalah 17,50 Ha.

3.1.4. Kondisi Pengairan(irigasi)
Desa Sidomukti sebagai daerah penghasil jagung tentu membutuhkan sistem pengairan untuk jalannya usaha taninya. Sistem pengairan di Desa Sidomukti ini sudah tergolong baik karena sudah mencukupi setiap kebutuhan pengairan para petaninya.

Tabel 3. Tabel Pengairan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Prasarana    keterangan   
1    Dam    ada/baik
2    saluran primer    ada/baik
3    saluran sekunder    ada/baik
4    saluran tersier    ada/baik
5    sumur ladang    tidak ada
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
    Berdasarkan tabel 3 tentang pengairan dapat diketahui bahwa di Desa Sidomukti sudah terdapat banyak sumber pengairan yang dapat digunakan oleh petani untuk mengairi lahannya, akan tetapi mayoritas petani jagung di Desa Sidomukti mendapatkan sumber air untuk lahannya adalah dari Dam atau bendungan yang lokasinya dekat dengan lahan pertanian mereka.

3.1.5. Agroklimat
Daerah Desa Sidomukti merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian lahan petanian jagung sekutar 230 m dari prmukaan laut. Namun komoditas Jagung yang biasanya dapat tumnuh subur di dataran rendah juga dapat tumbuh degan subur di tempat dengan ketinggian seperti di Desa Sidomukti ini.
Tabel 4. Kesuburan Tanah Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Tingkat kesuburan    Luas/Ha   
1    Sangat subur    325
2    Subur    207
3    Sedang    68
4    Tidak subur    -
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
     Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi laha pertanian di Desa Sidomukti dapat dikatakan subur sehingga mendukung untuk ditanami berbagai komoditas, akan tetapi khusu untuk komoditas jagung pada Desa Sidomukti ini hanya dilaksanakan pada saat para petani tidak menanam padi.





3.2 Keadaan Penduduk
3.2.1 Klasifikasi Tenaga Kerja
Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang berdasarkan tahun 2010, memperlihatkan besarnya jumlah penduduk sekitar 6.294 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.163 jiwa, sedangkan jumlah penduduk wanita lebih sedikit dari jumlah penduduk laki-laki yaitu 3.131 jiwa. Dengan keadaan penduduk yang demikian seharusnya di Desa Sidomukti dapat mengembangkan usahataninya dengan menggunakan tenaga kerja yang terdapat di Desa Sidomukti. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Tabel Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin
No    Jenis Kelamin    Jumlah(orang)   
1    Laki-laki    3.163
2    Perempuan    3.131
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Penduduk yang paling banyak di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah golongan penduduk dengan usia 0-10 tahun sebesar 3.914 jiwa. Dan dengan komposisi penduduk seperti di Tabel 6 di bawah ini dapat diperkirakan bahwa keproduktifan tenaga kerja di Desa Sidomukti bisa dioptimalkan dalam usahatani jagung.
Tabel 6. Tabel Kependudukan Berdasarkan Golongan Umur
No    Golongan     Jumlah(jiwa)   
1    0-10 tahun    443
2    11-20 tahun    216
3    21-30 tahun    216
4    31-40 tahun    522
5    41-50 tahun    1259
6    > 50 tahun    1258
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
    Tabel diatas memperlihatkan bahwa usia produktif Desa Sidomukti Kecamatan Mayang (18-40) berjumlah 954 jiwa baik laki-laki maupun perempuan. Usia produktif adalah usia dimana manusia yang telah mampu bekerja dan menghasilkan suatu penghasilan untuk menghidupi dirinya. Usia non-produktif adalah usia dimana manusia tidak mampu/ belum menghasilkan suatu pendapatan. Usia produktif di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang terbilang banyak. Hal ini membantu kelancaran pembangunan di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang

3.2.2. Sumber Daya Manusia
    Berdasar dari profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang, kualitas sumber daya manusia di Desa Sidomukti masih belum memadai. Hal ini dikarenakan masyarakat Sidomukti mayoritas tamatan SD, SLTP dan SLTA, sedangkan yang lulusan Diploma atau sarjana masih sedikit. Hal ini dapat dilihat dari tabel tingkat pendidikan penduduk dan kualitas angkatan kerja Desa Sidomukti seperti di bawah ini : 
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk
No    Keterangan    Jumlah(Orang)   
1    Penduduk usia 10th keatas yang buta huruf    350 orang
2    Penduduk tidak tamat SD/sederajat    tidak ada
3    Penduduk tamat SD/sederajat    902 orang
4    Penduduk tamat SLTP/sederajat    1786 orang
5    Penduduk tamat SLTA/sederajat    428 orang
6    Penduduk tamat D-1    tidak ada
7    Penduduk tamat D-2    tidak ada
8    Penduduk tamat D-3    tidak ada
9    Penduduk tamat S-1    5 orang
10           Penduduk tamat S-2                       tidak ada
11           Penduduk tamat S-3                      tidak ada

Sumber Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendidikan penduduk Desa Sidomukti adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama, akan tetapi tidak sedikit pula yang telah mendapat gelar sarjana, maka dengan kualifikasi pendidikan yang demikian akan sangat mendukung dalam usahatani jagung di Desa Sidomukti. Dan dengan kualifikasi pekerja tersebut seharusnya petani jagung di Desa Sidomukti dapat menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif.




3.2.3 Mata Pencaharian Pokok   
Masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Sidomukti mempengaruhi terhadap pekerjaan dan mata pencarian penduduk. Masyarakat di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang lebih mengandalkan budaya yang telah berlaku secara turun-menurun dan menggunakan pengalaman dalam bertani. Sebagian besar masyarakat Desa Sidomukti berprofesi sebagai petani. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani sebanyak 2.192 orang. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini ;
Tabel 8. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
No    Mata Pencaharian    jumlah (orang)   
1    Petani Pemilik sawah                                       1400
2.    Pemilik Tanah Ladang    107
3    Petani Penggarap    70   
3    Buruh Tani    887    -
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Berdasarkan tabel 8 tentang mata pencaharian masyarakat Sidomukti dapat diperoleh informasi bahwa Penduduk Desa Sidomukti mayoritas adalah pemilik lahan sawah sebesar 1400 orang dan buruh tani sebesar 887 orang. Dengan semakin banyak petani pemilik sawah, maka semakin banyak pula komoditas pangan yang dihasilkan penduduk dan ketahanan pangan di Desa Sidomukti akan terjamin. Sedangkan dengan jumlah buruh tani yang cukup besar, maka tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengembangkan usahatani akan tercukupi.

3.3 Kondisi Usaha Tani
    Masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang yang sebagian besar penduduknya petani memiliki kelompok tani untuk menyeragamkan dalam hal budidaya. Budidaya jagung di Desa Sidomukti dikatakan bagus karena di Desa Sidomukti sudah menggunakan teknologi yaitu dalam pengolahan tanah sudah menggunakan traktor, dan dalam melakukan penanaman menggunakan pola penanaman yang standar. Selain itu, usahatani di Desa Sidomukti sudah termasuk usahatani yang semi komersil yaitu komoditas yang dihasilkan tidak hanya untuk dikonsumsi, tetapi sebagian dijual kepada pedagang untuk memperoleh keuntungan dan untuk memenuhi kebutuhan selain pangan.
    Usahatani jagung di Desa Sidomukti adalah sudah menggunakan teknologi yang memadai yaitu dengan menggunakan bibit unggul, menggunakan pupuk anorganik, dan penggunaan pembasmi hama yang dianjurkan dan pengolahan tanah yang sudah menggunakan alat traktor modern. Selain itu, kondisi usahatani jagung di Sidomukti sudah memenuhi permintaan konsumen. 
Masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang sebagian besar adalah petani. dalam pemasarannya ada beberapa saluran pemasaran yang dilewati oleh para petani sebagai produsen. Hal ini dapat terlihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 9. Mekanisme Pemasaran Tanaman Pangan dan Holtikultura
No    Saluran pemasaran      Keterangan
1    Dijual langsung ke konsumen                                  ada                                                
2    Dijual melalui KUD    ada
3    Dijual melalui Tengkulak    ada
4    Dijual melalui Pengecer    tidak ada
Sumber : Profil Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Tahun 2010
Berdasarkan tabel 9 di atas tentang Mekanisme pemasaran Tanaman pangan di Desa Sidomukti dapat diketahui bahwa mekanisme pemasaran yang terjadi di Desa Sidomukti adalah mayoritas petani menjual hasil pertaniannya kepada KUD dan tengkulak. Dengan mekanisme pasar tersebut petani di Desa Sidomukti sudah termasuk petani yang komersil dengan menjual sebagian hasil pertaniannya kepada pasar. Tetapi petani di Desa Sidomukti mayoritas tidak menjual langsung kepada konsumen, hal ini dikarenakan di Desa Sidomukti sebagian besar penduduk Desa Sidomukti adalah produsen dalam bidang pertanian pangan.







IV. HASIL PRAKTEK LAPANG DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktek Lapang
    Desa Sidomukti Kecamatan Mayang merupakan salah satu desa di Kabupaten Jember yang daerahnya memiliki potensial dalam bidang pertanian terutama dalam bidang pertanian komoditas jagung. Dikatakan sebagai daerah yang memiliki potensial dalam bidang pertanian, karena Desa Sidomukti memiliki sebagian besar lahannya yang produktif. Lahan yang produktif tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Sidomukti untuk melakukan proses usaha tani. Proses usaha tani Desa Sidomukti telah menerpakan konsep agribisnis. Sistem agribisnis yang telah terdapat di Desa Sidomukti adalah subsistem penyediaan dan pengadaan sarana produksi, subsistem budidaya atau usaha tani, subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, subsitem pemasaran hasil pertanian, subsistem prasarana dan subsistem pembinaan.
    R/C ratio merupakan pengukuran nilai efisiensi usaha tani. Perhitungan nilai efisiensi usaha tani R/C ratio komoditas jagung Desa Sidomukti menghasilkan nilai sebesar 1,14. Hasil perhitungan tersebut diperoleh dari dari perbandingan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya usaha tani (TC). Total penerimaan usaha tani rata-rata masyarakat Desa Sidomukti adalah Rp 1.980.000, sedangkan total biaya usaha tani rata-rata masyarakat Desa Sidomukti sebesar Rp 1.742656. perhitungan R/C ratio tersebut menunjukkan bahwa usaha tani yang dijalankan Desa Sidomukti Kecamatan Mayang efisien.
    BEP (Break Event Point) adalah perhitungan mencari nilai antar nilai untung dan nilai rugi. Perhitungan BEP merupakan perbandingan antar biaya tetap (FC) dengan hasil pengurangan antara harga jual per unit (P) dengan biaya variabel per unit (AVC). Berdasarkan hasil praktek lapang Desa Sidomukti Kecamatan Mayang dengan menentukan sejumlah responden petani komoditas jagung memperoleh data dengan FC sebesar Rp 1.266.165, VC sebesar Rp 1.742.565. Jumlah produksi (Q) rata-rata masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Mayang komoditas jagung lebih kurang sebesar 1000 Kg dengan harga jual (P) rata-rata sebesar Rp 1.980/Kg. Nilai AVC diperoleh dari VC dibagi dengan Q, yang diketahui hasilnya berdasarkan data yang diperoleh sebesar Rp 476,4. Keadaan BEP pada usaha tani komoditas jagung Desa Sidomukti Kecamatan Mayang diperoleh sebesar 842,09 Kg dengan penjualan sebesar Rp 1.666.006,6. berdasarkan keadaan BEP usaha tani Desa Sidomukti Kecamatan Mayang tersebut menunjukkan bahwa usaha tani usaha tani yang dijalankan oleh para petani komoditas jagung menguntungkan.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sistem Agribisnis Komoditas Jagung di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Kabupaten Jember
    Para petani di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang telah menerapkan sistem agribisnis. Sistem agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan mulai dari pra usaha tani yang meliputi pengadaan saprodi sampai pasca usaha tani yang meliputi pengolahan hasil hingga pemasaran produk. Petani Desa Sidomukti Kecamatan Mayang menerapkan sistem agribisnis yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi serta memberikan nilai tambah.
a. Subsistem Pengadaan dan Penyediaan Sarana Produksi
    Masyarakat Desa Sidomukti mayoritas bermata pencaharian pokok sebagai petani. Masyarakat Desa Sidomukti yang berprofesi sebagai petani khususnya petani komoditas jagung mendapatkan sarana produksi yang dibutuhkan yang berupa benih/bibit jagung, pupuk, pestisida berasal dari kelompok tani atau toko di sekitar daerah Desa Sidomukti. Ketersediaan dari sarana produksi tersebut dari tahun ke tahun tidak menetu, kadang sangat mudah kadang juga agak sulit. Hal ini dikarenakan pupuk di Desa Sidomukti diberikan sesuai proporsi yang ditentukan oleh kelompok tani. Untuk memperoleh benih, para petani harus membelinya kepada kelompok tani atau toko yang ketersediaanya cukup tetapi harganya cukup mahal.




b. Subsistem Budidaya
    Mayoritas masyarakat petani Desa Sidomukti Kecamatan Mayang setiap tahun dalam menerapkan pola pergiliran masa tanam sebanyak tiga kali. Pola tanam tersebut yaitu masa tanam pertama membudidayakan komoditas jagung, masa tanam kedua juga komoditas jagung, sedangkan pada masa tanam ketiga membudidayakan komoditas padi. Berdasarkan pola tanam tersebut dapat ditarik garis besar bahwa para petani di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang mengutamakan komoditas jagung dari pada padi. Proses usaha tani komoditas jagung di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang dalam penggunaan teknologi masih tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat masih menggunakan teknologi tradisional. Penggunaan teknologi modern hanya sebatas di sekitar kantor kepala desa.
c. Subsistem Pengolahan Hasil
    Para petani jagung Desa Sidomukti tidak melakukan pengolahan hasil pasca panen jagung sehingga usaha tani jagung secara keseluruhan di Desa Sidomukti tidak berkembang. Hal ini amat disayangkan karena pengolahan hasil dapat menambah nilai komoditas serta mengurangi nilai susut komoditas jagung. Petani jagung masih enggan untuk melakukan pengolahan hasil lebih lanjut dikarenakan minimnya modal.
d.    Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian
    Pemasaran jagung di Desa Sidomukti melibatkan petani jagung itu sendiri, pedagang kecil, tengkulak desa, dan pedagang. Kendala pemasaran yang sering dihadapi petani jagung adalah tidak terdapat pasar di daerah setempat untuk menjualkan hasil produksi jagungnya. Para petani jagung tidak dapat langsung menjual hasil produksinya dikarenakan mereka harus menunggu petani lain untuk dapat bersama-sama memasarkan hasil produk ke pasar di Kecamatan Silo atau dalam hal ini para petani jagung juga mengalami kendala transportasi.
e.    Subsistem Prasarana
    Prasarana-prasarana yang digunakan petani jagung di Desa Sidomukti ialah pinjaman modal dari lembaga keuangan dalam hal ini Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Modal tersebut dialirkan melalui kelompok tani. Prasarana lain yang digunakan petani jagung adalah prasarana perhubungan. Prasarana perhubungan seperti jalan dan transportasi masih kurang. Ini juga merupakan salah satu faktor kendala  dalam meningkatkan produktifitas usaha tani jagung di Desa Sidomukti
   
f. Subsistem Pembinaan
        Pemerintah Desa Sidomukti melakukan pembinaan kepada petani jagung di Desa Sidomukti secara intens. Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah secara intens melalui penyuluhan-penyuluhan. Penyuluhan tersebut dilakukan oleh petugas PPL melalui kelompok tani yang berada di Desa Sidomukti. Intensitas pertemuan yang dilakukan oleh kelompok tani di Desa Sidomukti sebanyak 2 kali sebulan.

4.2.2    Usahatani Yang Diterapkan Pada Komoditas Jagung Di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang Kabupaten Jember
a. Analisis Efisiensi Usahatani
Keuntungan usahatani jagung dapat diketahui dengan analisis R/C ratio dengan cara membandingkan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Untuk mengetahui apakah usahatani jagung responden Desa Sidomukti Kecamatan Mayang menguntungkan atau tidak, digunakan R/C ratio yang mana telah diketahui bahwa total penerimaan (TR) rata-rata responden sebesar Rp. 1.980.000 dan total biaya Rp. 1.742.565 yang memberikan hasil R/C sebesar 1,14. Berdasarkan kriterianya nilai R/C ratio > 1 berarti suatu usahatani menguntungkan. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran sebesar 1 rupiah akan memberikan penerimaan sebesar 1,14 rupiah. Dengan demikian usahatani responden dapat dikembangkan.
b. Analisis Break Event Point
    Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang kita kenal dengan TITIK IMPAS, adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit dalam suatu usaha. Para petani jagung di Desa Sidomukti melakukan produksi pertanian, dalam mengembangkan usaha taninya para petani melakukan penghitungan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani jagung. Hasil dari wawancara kepada petani, diperoleh jumlah biaya-biaya variabel (VC) yang dikeluarkan sebesar Rp 476.400,00 untuk musim tanam jagung dan biaya tetap (FC) untuk usaha tani jagung sebesar Rp 1.266.165,00. Jadi, total biaya (TC) yang dikeluarkan dalam usaha tani tersebut adalah sebesar Rp 1.742.565,00.
    Biaya dalam usaha tani merupakan jumlah komponen biaya variabel (VC) dan biaya tetap (FC). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dalam usaha tani petani komoditas jagung di Desa Sidomukti diperoleh jumlah produksi (Q) rata-rata yang dihasilkan sebesar 1000 Kg dengan price (P) atau harga yang ada di pasar sebesar Rp. 1980/Kg. Data tersebut dapat menyatakan, diketahui rata-rata variable cost (AVC) sebesar Rp. 476,4, sehingga diperoleh keadaan BEP(Q) komoditas jagung yang dihasilkan sebanyak 842,09 kg dan juga BEP(S) atau penjualan sebesar Rp. 1.666.006,6. Hal ini menyatakan bahwa usaha tani yang dijalankan di Desa Sidomukti akan mencapai titik impas (BEP) saat komoditas yang dihasilkan sebanyak 842,09 kg dan juga penjualan mencapai Rp. 1.666.006,6. Keadaan usaha tani yang melebihi BEP menyimpulkan bahwa petani telah mendapatkan keuntungan, namun pada kenyataan nya para petani belum merasakan keuntungan seutuhnya dari usaha tani yang dijalaninya. Hal ini dikarenakan sebagian hasil produksi masih digunakan untuk kebutuhan petani dan juga dikarenakan sebagian jagung terserang hama tikus yang menyebabkan jumlah produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Analisis Titik Impas (BEP) dapat diperjelas melalui kurva berikut.




















Gambar 4. Kurva BEP komoditas Jagung Desa Sidomukti

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
     Berdasarkan  hasil praktek lapang dan pembahasan di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.    Sistem agribisnis yang diterapkan oleh petani di Desa Sidomukti terdiri dari beberapa subsistem yaitu subsistem pengadaan dan penyediaan sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan hasil pertanian, subsistem pemasaran hasil pertanian, subsistem prasarana, dan subsistem pembinaan.
2.    Sistem yang diterapkan oleh petani di Desa Sidomukti dapat dikatakan cukup bagus. Hal ini karena masih terdapat kendala dalam satu subsistem yang ada, yaitu pada subsistem pengadaan dan penyediaan sarana produksi. Ketersediaan dari sarana produksi tersebut adalah agak sulit. Hal ini dikarenakan pupuk di Desa Sidomukti diberikan sesuai proporsi yang ditentukan oleh kelompok tani, sedangkan untuk memperoleh benih, para petani harus membelinya kepada agen yang harganya cukup mahal.
3.    Usahatani yang dilakukan oleh para petani jagung di Desa Sidomukti merupakan usaha yang cukup menguntungkan dan cukup efisien dari segi finansial. Hal ini dapat dibuktikan dari perhitungan R/C Ratio, Angka Gini dan BEP(Q) dan BEP(S).
-    Interpretasi perhitungan R/C Ratio: nilai R/C Ratio lebih dari 1, maka penggunaan biaya yang digunakan oleh responden (petani jagung) di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah produktif atau menguntungkan.
-    Interpretasi perhitungan Angka Gini: nilai angka gini mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa distribusi penguasaan tanah pada daerah Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah merata.
-    Interpretasi perhitungan BEP(Q) dan BEP(S): Responden (petani jagung) di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang mencapai keadaan BEP (Break Event Point) apabila memproduksi jagung sebanyak 842, 09 Kg sebesar Rp 1.666.006,6

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktek lapang yang dilakukan dapat diperoleh saran sebagai berikut:
Petani jagung di Desa Sidomukti sebaiknya melakukan intensifikasi pertanian secara intensif untuk mengurangi hama tikus yang ada di lahan usahatani petani.
Kelompok tani sebaiknya tidak hanya menyediakan pupuk tetapi juga menyediakan benih untuk para petani, sehingga dapat mengurangi pengeluaran biaya, tetapi tetap dapat menghasilkan produk yang berkualitas.


































DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Muhammad. 2007. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jogyakarta: Andi offset

Mubarokah, R. Yulia. 2003. Hubungan Adopsi Petani dengan Pendapatan Usahatani Jagung Hibrida. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jember.

Sudadi Martodireso, Widada Agus Suryanto. 2003. Agribisnis kemitraan usaha     bersama: upaya peningkatan kesejahteraan petani. Yogyakarta: Kanisius   

Sutriono. 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember:  Universitas Jember.

Warisno. 2008. Jagung Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.

Nuryati. 2007. Efisiensi Usahatani http://pdeb.fe.ui.ac.id/pde/savvyware/ digitallibrary/modules/search.php/menu=browse&level=detail&pk_resource=2&period=1981&volume=Vol.%2029,%20No.%203&id=3641. [15/10/2009].

Soetriono. 2003. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember: Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Sofa. 2008. Efisiensi Usahatani. http://massofa.wordpress.com/page/41/. [15/10/2009].








LAMPIRAN


1.    Perhitungan BEP Pada Komoditas Jagung Desa Sidomukti Kecamatan Mayang

Responden    VC (Rp)    FC (Rp)    TC (Rp)    TR (Rp)
Siti Aminah    Rp601.000     Rp28.825     Rp629.825     Rp1.200.000
 M. Robetul Hasan    Rp471.000     Rp25.000     Rp496.000     Rp2.300.000
Mulyadi    Rp661.000     Rp3.477.000     Rp4.138.000     Rp2.000.000
 M. Rosyid    Rp254.000     Rp2.115.000     Rp2.369.000     Rp2.000.000
M. Shaleh    Rp395.000     Rp685.000     Rp1.080.000     Rp2.400.000
Rata-rata    Rp476.400     Rp1.266.165     Rp1.742.565     Rp1.980.000

AVC =   =   = 476,4
BEP (Q) =   =   =   = 842,09 Kg
BEP (Rp) =   =   =   =   = Rp 1.666.006,6
Interpretasi: Responden (petani jagung) di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang mencapai keadaan BEP (Break Event Point) apabila memproduksi jagung sebanyak 842, 09 Kg sebesar Rp 1.666.006,6
    

Gambar 4. Kurva BEP komoditas Jagung Desa Sidomukti


2.    Perhitungan R/C Ratio Pada Komoditas Jagung Desa Sidomukti Kecamatan Mayang

Responden    VC (Rp)    FC (Rp)    TC (Rp)    TR (Rp)
Siti Aminah    Rp601.000     Rp28.825     Rp629.825     Rp1.200.000
 M. Robetul Hasan    Rp471.000     Rp25.000     Rp496.000     Rp2.300.000
Mulyadi    Rp661.000     Rp3.477.000     Rp4.138.000     Rp2.000.000
 M. Rosyid    Rp254.000     Rp2.115.000     Rp2.369.000     Rp2.000.000
M. Shaleh    Rp395.000     Rp685.000     Rp1.080.000     Rp2.400.000
Rata-rata    Rp476.400     Rp1.266.165     Rp1.742.565     Rp1.980.000

R/C Ratio =   =   = 1,14
Interpretasi: Karena nilai R/C Ratio lebih dari 1, maka penggunaan biaya yang digunakan oleh responden (petani jagung) di Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah produktif atau menguntungkan.

3.  Perhitungan Angka Gini Pada Komoditas Jagung Desa Sidomukti Kecamatan Mayang
   
Pada Desa Sidomukti Kecamatan Mayang terdapat lima petani yang memiliki lahan dengan luas sebagai berikut:
Responden    Luas Lahan (Ha)
Mulyadi    0,2
 M. Robetul Hasan    0,5
 M. Rosyid    1
M. Shaleh    1,5
Siti Aminah    3,45





Data tersebut dibagi menjadi lima kelompok kelas dari yang tersempit sampai yang terluas.
I.    20% Tersempit    = 0,2
II.    20% Sempit        = 0,5
III.    20% Sedang        = 1
IV.    20% Luas        = 1,5
V.    20% Terluas        = 3,45
Total            = 6,65

Dibuat tabel untuk menghitung presentase luas tanah secara parsial maupun komulatif sebagai berikut:
Kategori Luas    % Luas    Qi+Qi-1    Qi+Qi-1
Tersempit    3    3    3
Sempit    7,5    10,5    13,5
Sedang    15    25,5    39
Luas    22,5    48    87
Terluas    52    100    187

AG = 1-n∑I  =     Pi (Q I +  Q =1)
                10.000
AG        : Angka Gini
Pi        : Presentase penguasaan luas tanah pada kelas ke-i
Qi        : Presentase komulatif luas tanah sampai dengan kelas ke-i
Qi-1        : Presentase luas tanah sampai dengan kelas ke i-1
N        : Jumlah kelompok / kelas
10.000        : Bilangan konstanta






AG = 1-n∑I  =    Pi (Q I +  Q =1)
                10.000
        = 1- 20(3)+20(13,5)+20(39)+20(87)+20(187)
10.000
        = 1 – 0,659
        = 0,341
Interpretasi: Karena nilai angka gini mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa distribusi penguasaan tanah pada daerah Desa Sidomukti Kecamatan Mayang adalah merata.